Suara.com - McLaren Group tengah menjadi perbincangan hangat di dunia otomotif global. Sebagai efek domino dari badai pandemi 2019 Novel Coronavirus atau Covid-19, maka perusahaan otomotif yang bermarkas di Woking, Surrey, England ini mesti memangkas karyawannya. Simak selengkapnya di sini.
Sangatlah disayangkan bila prestasi McLaren di sektor balap jet darat atau Formula One (F1) juga mesti tersendat. Kondisi finansial memang memaksa tim berbenah dan menunggu, kapankah balapan akan digelar. Bila acara terselenggara, tentu asja dana bisa mengalir menghidupi tim bahkan pabriknya.
Di luar kabar sedih, tim F1 McLaren telah menorehkan nama harum di pentas balap single seater tercepat di dunia. Diprakarsai oleh Bruce McLaren, tim balap tumbuh besar dan melahirkan nama-nama legendaris seperti Niki Lauda, Aytron Senna, Alain Prost, Mika Hakkinen, hingga "edisi kekinian" alias generasi sekarang seperti Lewis Hamilton dan Fernando Alonso.
Berikut adalah kisah tentang tujuh (7) driver keren asal tim McLaren yang pernah hadir di Suara.com dan di bawah ini adalah susunan driver tim McLaren sejak awal berdiri, yang dikutip dari racefans.net
Baca Juga: RS UNAIR Tak Terima Pasien COVID-19, 6 Dokter dan Perawat Positif Corona
Driver F1 tim McLaren dari masa ke masa
1966: Bruce McLaren
1967: Bruce McLaren
1968: Bruce McLaren, Denny Hulme
1969: Bruce McLaren, Denny Hulme, Derek Bell
1970: Bruce McLaren, Denny Hulme, Andrea de Adamich, Peter Gethin, Dan Gurney, Nanni Galli
1971: Denny Hulme, Peter Gethin, Jackie Oliver
1972: Denny Hulme, Peter Revson, Brian Redman, Jody Scheckter
1973: Denny Hulme, Peter Revson, Jody Scheckter, Jacky Ickx
1974: Denny Hulme, Emerson Fittipaldi, Mike Hailwood, David Hobbs, Jochen Mass
1975: Emerson Fittipaldi, Jochen Mass
1976: James Hunt, Jochen Mass
1977: James Hunt, Jochen Mass, Gilles Villeneuve, Bruno Giacomelli
1978: James Hunt, Patrick Tambay, Bruno Giacomelli
1979: John Watson, Patrick Tambay
1980: John Watson, Alain Prost, Stephen South
1981: John Watson, Andrea de Cesaris
1982: Niki Lauda, John Watson
1983: Niki Lauda, John Watson
1984: Niki Lauda, Alain Prost (Lauda meraih juara dunia ketiga kali)
1985: Niki Lauda, Alain Prost, John Watson
1986: Alain Prost, Keke Rosberg
1987: Alain Prost, Stefan Johansson
1988: Alain Prost, Ayrton Senna (Senna juara dunia tiga kali, semuanya McLaren)
1989: Alain Prost, Ayrton Senna
1990: Ayrton Senna, Gerhard Berger
1991: Ayrton Senna, Gerhard Berger
1992: Ayrton Senna, Gerhard Berger
1993: Ayrton Senna, Michael Andretti, Mika Hakkinen
1994: Mika Hakkinen, Martin Brundle, Philippe Alliot
1995: Mika Hakkinen, Mark Blundell, Nigel Mansell, Jan Magnussen
1996: Mika Hakkinen, David Coulthard
1997: Mika Hakkinen, David Coulthard
1998: Mika Hakkinen, David Coulthard (Hakkinen juara dunia dua kali, semuanya McLaren)
1999: Mika Hakkinen, David Coulthard
2000: Mika Hakkinen, David Coulthard
2001: Mika Hakkinen, David Coulthard
2002: Kimi Raikkonen, David Coulthard
2003: Kimi Raikkonen, David Coulthard
2004: Kimi Raikkonen, David Coulthard
2005: Kimi Raikkonen, Juan Pablo Montoya, Pedro de la Rosa, Alexander Wurz
2006: Kimi Raikkonen, Juan Pablo Montoya, Pedro de la Rosa
2007: Fernando Alonso, Lewis Hamilton
2008: Lewis Hamilton, Heikki Kovalainen (Hamilton juara dunia pertama kalinya)
2009: Lewis Hamilton, Heikki Kovalainen
2010: Lewis Hamilton, Jenson Button
2011: Lewis Hamilton, Jenson Button
2012: Lewis Hamilton, Jenson Button
2013: Jenson Button, Sergio Perez
2014: Jenson Button, Kevin Magnussen
2015: Jenson Button, Kevin Magnussen, Fernando Alonso
2016: Jenson Button, Fernando Alonso, Stoffel Vandoorne
2017: Fernando Alonso, Stoffel Vandoorne
2018: Fernando Alonso, Stoffel Vandoorne
2019: Carlos Sainz Jr., Lando Norris
1. Niki Lauda Berpulang, Ini Warisannya Soal Semangat Hidup dan Balap
Di dunia balap Formula One (F1), Andreas Nikolaus Lauda atau lebih dikenal sebagai Niki Lauda adalah sosok tahan banting dengan kemauan baja. Bahkan beberapa julukan menunjukkan betapa bernyalinya lelaki kelahiran Wina, Austria, 22 Februari 1949 itu. Seperti "Yang Nyaris Dipeluk Maut" atau "Sang Pengecoh Maut" gara-gara keberaniannya untuk bertarung lagi, hanya enam pekan setelah mengalami nahas dalam F1 GP Jerman 1976 di Sirkuit Nuerburgring.
Saat itu, Niki Lauda berlaga di bawah bendera tim Ferrari dan tunggangannya terempas di tembok pembatas, lalu terbakar, sementara ia sendiri terperangkap di dalam kokpit dengan kondisi helm terlepas.
Baca Juga: Kenalan dengan Avanza-Xenia Versi Korea Utara, Namanya Bikin Lidah Kesleo