Hari Ini, 26 Tahun Lalu, Driver F1 Roland Ratzenberger Dimakamkan

Kamis, 07 Mei 2020 | 23:20 WIB
Hari Ini, 26 Tahun Lalu, Driver F1 Roland Ratzenberger Dimakamkan
Plakat mengenang Roland Ratzenberger yang dipasang di Autodromo Enzo e Dino Ferrari, Imola, Bologna, Italia [Shutterstock].
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

"Bahkan Roland mungkin meninggal dalam bahagia, karena tengah balapan F1, sesuatu yang sangat ia dambakan selama ini. Ia tersenyum di hari kejadian, dan itulah kenangan terakhir saya tentang dia," kisah David Brabham.

Dituturkannya bahwa Roland Ratzenberger bergabung dengannya di tim kecil yang bermarkas di Oxfordshire, Inggris pada awal musim balap 1994. Baginya, itulah impian terbesar seumur hidup bagi lelaki berkebangsaan Austria ini. Yaitu berlaga di pentas balap jet darat.

"Roland tidak dibantu secara finansial oleh orangtuanya, bahkan ayahnya tidak setuju dia ikut balap. Sehingga ia pergi sendirian saja," lanjut David Brabham.

Sebelum sukses menapaki F1, Roland Ratzenberger berlaga di cabang balap touring, Formula 3000, sampai balap ketahanan Le Mans 24 Jam.

Baca Juga: Pengalaman Suara.com Menghubungi Travel Gelap yang Jamin Lolos Bawa Pemudik

"Saya senang tim kami mengontraknya. Bagi saya dia adalah pembalap yang ideal. Dia cepat saat berlaga di trek dan mengerti soal jet darat. Ia adalah aset bagi tim Simtek," tukas David Brabham, di mana ayahnya saat itu ikut memiliki saham dalam tim balap mereka.

Hal terberat bagi David Brabham bila mengingat pekan penuh tragedi di F1 GP San Marino 1994 tentu saja kepergian rekan satu timnya, Roland Ratzenberger. Kemudian Rubens Barrichello (Jordan), sebagai driver Brasil generasi penerus Ayrton Senna, yang mengalami patah hidung dan lengan saat jetnya menghantam wall di Variante Bassa.

Dan saat race day, tabrakan pun sudah terjadi sejak awal. Masih di grid, jet darat Pedro Lamy (Lotus) berputar keluar dari trek usai menabrak buritan tunggangan JJ Lehto (Benetton). Safety car meluncur, dan dilakukan restart. Lantas di lap enam, petaka fatal terjadi. Bendera merah kembali dikibarkan.

"Semua tunggangan berhenti sekali lagi. Saya hanya bisa berpikir, 'Jangan, jangan terjadi lagi'. Dan kita semua tersadar ... Korbannya adalah Senna," kenang David Brabham.

"Saya tidak tahu kabar tentangnya, sampai malam saat menghidupkan Teletext. Saat itulah saya menangis, tak kuasa menahan emosi sepanjang akhir pekan yang berat," ujar pembalap yang memenangkan balap ketahanan Le Mans 24 Jam pada 2009 bersama Alexander Wurtz (Austria), dan Marc Gene (Spanyol) menggunakan Peugeot 908 HDi-FAP.

Baca Juga: Hingga Vaksin Corona Ditemukan, Stadion di Belanda Dipastikan Kosong

Setelah kejadian fatal atas Roland Ratzenberger dan Ayrton Senna, unsur safety di pentas F1 terus diperkuat. Hingga tiada kecelakaan fatal, sampai tragedi Jules Bianchi (Marussia) pada 2014. Serta Anthoine Hubert di pentas Formula Two (F2) pada 2019.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI