Suara.com - Musisi keroncong dan campursari kenamaan Didi Kempot telah berpulang keharibaan Tuhan pada hari ini, Selasa (5/5/2020). Dikutip dari kantor berita Antara, ia diantar ke rumah sakit Kasih Ibu Solo oleh sang istri, Yan Vellia dan sopirnya. Sekitar 20 menit setelah tiba di rumah sakit, pada pukul 07.45 WIB, dinyatakan meninggal dunia.
"Beliau masuk rumah sakit pagi ini pada pukul 07.25 WIB dalam kondisi tidak sadar dan meninggal pada pukul 07.45 WIB," jelas dr Divan Fernandez, Asisten Manajer Humas Rumah Sakit Kasih Ibu, Solo.
Kondang dengan lagu-lagu kisah asmara yang liriknya begitu mengena, almarhum Didik Prasetyo menggunakan stage name Didi Kempot, yang merupakan akronim dari Kelompok Pengamen Trotoar. Lagunya menjadi hits saat ia meniti karier di Ibu Kota, sekitar 1987.
Sebelum namanya kembali bergaung Tanah Air akhir-akhir ini, dan menjadi favorit kalangan milenial, Didi Kempot memiliki banyak penggemar dari Suriname. Apalagi lagu-lagunya berlirik bahasa Jawa, yang menjadi salah satu bahasa dengan penutur terbanyak di negeri itu.
Baca Juga: Tak Cuma di Indonesia, Orang Luar Negeri Kesulitan Sebut Merek Mobil Ini
Dijuluki sebagai "The Godfather of Broken Heart" atau Bapak Patah Hati Nasional oleh para fans yang disebut sebagai Sobat Ambyar, kepergian Didi Kempot diindikasikan sebagai serangan jantung.
Di antara lirik-lirik lagunya yang fenomenal, terselip beberapa di antaranya nuansa otomotif. Menarik sekaligus ngelangut (mendatangkan keharuan) saat didengarkan bila tengah naik kereta api atau bermobil jarak jauh. Dan kini jadi bagian dari nostalgia atas Didi Kempot. Coba saja baca dua di antaranya:
Sewu kutha wis tak liwati/Sewu ati tak takoni/Nanging kabeh/Padha ra gerteni/Lungamu neng endi/Pirang tahun anggonku nggoleki/Seprene durung bisa nemoni ("Sewu Kutha", Didi Kempot. Terjemahan: Seribu kota telah kulewati/Seribu hati kutanyai/Namun semua/Tiada yang mengerti/Ke mana kau pergi/Berapa tahun aku mencarimu/Hingga kini belum bisa kutemui).
Ning Stasiun Balapan/Rasane koyo wong kelangan/Kowe ninggal aku/Ra kroso netes eluh ning pipiku ... Janji lunga mung sedhela/Jare sewulan ra ana/Pamitmu nalika semana/Ning Stasiun Balapan Solo ... ("Stasiun Balapan", Didi Kempot. Terjemahan: Di stasiun kereta api Balapan/Rasanya seperti seseorang yang kehilangan/Kau tinggalkan diriku/Tak terasa air mata membasahi pipi ini ... Kau berjanji hanya pergi sejenak/Tak sampai satu bulan lamanya/Begitu katamu saat itu/Di stasiun kereta api Balapan Solo).
Selain itu, ia juga pernah menyebutkan soal mobil yang disebutnya "Indonesia banget". Yaitu saat peluncuran Chevrolet Spin pada 2013. Diungkapkannya kesukaan akan mobil ini, yaitu, "Mobil ini diproduksi di Indonesia, paling tidak kita harus bangga dengan mobil buatan Indonesia. Rakyat Indonesia memang menghendaki dan berharap banyak mobil yang harganya terjangkau."
Baca Juga: Banyak Perusahaan Otomotif Merugi, Pengembangan Mobil Otonom Terganggu?
Sekilas mengenai Chevrolet Spin 2013, mobil ini hadir dalam dua varian berkapasitas mesin 1.200 cc dan 1.500 cc. Saat beredar, dipasarkan dalam kisaran Rp 150 jutaan. Sayangnya kini produsennya, Chevrolet, telah menutup pabriknya di Tanah Air.