Suara.com - Gerhard Berger adalah mantan driver Formula One (F1) kelahiran Austria, 27 Agustus 1959. Namanya lekat dengan salah satu legenda balap jet darat asal Brasil, Ayrton Senna, yang wafat dalam kecelakaan fatal di Grand Prix (GP) San Marino 1994. Keduanya pernah bersama-sama bernaung dalam tim kondang McLaren-Honda, dan menjalin persahabatan erat.
Sehari lagi, 1 Mei 2020, adalah hari peringatan 26 tahun meninggalnya Ayrton Senna di tikungan Tamburello. Sebagai teman karib, tahun lalu--bertepatan dengan seperempat abad kepergiannya--media The Drive menuangkan kenangan Gerhard Berger tentang detik-detik terakhir bersama mendiang juara dunia F1 tiga kali itu, yang dikutip dari wawancaranya dengan harian The Independent.
"Banyak media dan saksi menyebutkan bahwa pada hari nahasnya Ayrton tampak gelisah, bahkan tidak mau turun berlaga," kenang Gerhard Berger yang dikenal suka menjahili Ayrton Senna.
"Namun bagi saya tidak. Saya bisa melihatnya tertawa di balik helm, ketika kami berpandangan. Ia selalu begitu, senantiasa berbahagia untuk saya, bila melihat saya senang. GP San Marino digelar di Italia. Saya dikelilingi tifosi, para fans Ferrari. Ia bersama tim barunya, Williams, sedang saya balap untuk Ferrari. Itulah yang membuatnya bahagia. Apalagi posisi start berdekatan. Kami saling menatap sebelum start, dan itulah kontak mata terakhir," kenang Gerhard Berger.
Baca Juga: Cegah Penularan Corona, Taksi Online di Tegal Pasang Pembatas Plastik
Ia menuturkan, saat start, Ayrton Senna ada di depan, disusul Michael Schumacher, kemudian dirinya. Driver Brasil itu kemudian disebutkan menabrak wall di Curva Tamburello, namun Gerhard Berger masih yakin sahabatnya baik-baik saja, karena disebutkan telah dikeluarkan dari kokpit jet darat Williams.
Balapan mengalami restart dan Gerhard Berger terus balap. Sampai ia mesti terhenti sekitar lap ke-16 dan memutuskan untuk mencarter helikopter yang menerbangkannya ke rumah sakit di Bologna, Italia, di mana Ayrton Senna dirawat setelah dibawa dari sirkuit dengan air ambulance.
Di sana ada Profesor Syd Watkins, dokter F1 yang mendampingi operasi Ayrton Senna dan membolehkan Gerhard Berger melihatnya untuk terakhir kali. Di meja operasi itu ia menemui sahabatnya telah tiada.
"Tikungan maut itu, empat tahun sebelumnya, saya juga nyaris celaka," kenang Gerhard Berger.
"Bersama Ayrton, kami lantas memeriksa posisi wall di situ. Apakah bisa dimundurkan agar kelak tidak menimbulkan bahaya bagi para driver F1 lainnya. Ternyata tidak bisa! Saat itu kami saling berpandangan sambil menyatakan: suatu hari bakal jatuh korban ... siapa mengira, ternyata ia sendiri," tandasnya.
Baca Juga: Dokter Berusia 98 Tahun Dari Prancis, Masih Ikut Tangani Pasien Covid-19
Laman berikut adalah pandangan Gerhard Berger tentang situasi terkini pandemi Covid-19 yang membuat balap touring Jerman terpukul besar-besaran.
Kini menjabat sebagai pimpinan gelaran balap touring Jerman, Deutsche Tourenwagen Masters (DTM), menjelang hari peringatan wafatnya Ayrton Senna, Gerhard Berger dihadapkan pada pandemi Coronavirus Disease atau Covid-19. Sebuah kondisi yang turut memukul kelangsungan balap itu.
Sebagaimana dikutip kantor berita Antara dari Reuters pada Selasa (28/4/2020), Audi akan menarik diri dari DTM pada akhir tahun dan memfokuskan aktivitas sport otomotifnya di Formula E sert customer racing. Alasannya karena tantangan ekonomi selama pandemi Covid-19. Padahal tim milik perusahaan ini telah berkiprah 20 tahun di DTM.
Sementara tim Mercedes-Benz telah undur diri dari DTM mulai 2018, dan Aston Martin mulai 2019.
Rontoknya para partisipan dan serta pandemi Covid-19 membuat DTM, serta perusahaan mobil BMW sebagai mitranya, terpaksa menangguhkan balap ketahanan atau touring kebanggaan Jerman ini.
"Kami menghormati keputusan yang diambil ITR (Internationale Tourenwagen-Rennen e.V atau International Touring Car Races Association), mitra kami, BMW, serta tim-tim partisipan DTM yang tengah menghadapi sejumlah tantangan khusus," papar Gerhard Berger.
"Apapun yang kita hadapi dalam pandemi Covid-19 ini, semoga mampu saling mendekatkan dan membuat kita lebih bersatu," pungkasnya.
Catatan dari Redaksi: Jika merasakan gejala batuk, sakit tenggorokan dan demam, informasi seputar Coronavirus Disease (Covid-19) bisa diperoleh di Hotline Kemenkes 021-5210411 atau kontak ke nomor 081-2121-23119. Terapkan imbauan tetap tinggal di rumah, dan jaga jarak atau physical distancing, minimal dua meter persegi. Selalu gunakan masker setiap keluar rumah.