Suara.com - Aliansi Nissan-Renault-Mitsubishi dikabarkan tengah menyusun rencana yang lebih solid dalam beberapa bulan ke depan. Salah satunya, memiliki fokus bersama untuk pengembangan kendaraan listrik atau Electric Vehicle (EV) dan teknologi self-driving.
Seperti dilaporkan surat kabar Yomiuri Shimbun, ketiga perusahaan otomotif ini akan memasukkan proyek-proyek dalam rencana bisnis jangka menengah masing-masing.
Selain itu, para pembuat mobil bermaksud membagikan motor dan baterai EV untuk pengembangan. Sementara Nissan dan Renault akan sama-sama memanfaatkan pabrik di Amerika Selatan dan Rusia untuk meningkatkan efisiensi produksi.
Sebelumnya, sempat berembus kabar bila aliansi Nissan dan Renault sedang dalam masalah. Seperti dilaporkan Financial Times, eksekutif Nissan membuat rencana darurat untuk memisahkan diri dengan Renault.
Baca Juga: Suami Rachel Vennya Punya Generalized Anxiety Disorder, Apa Itu?
Dalam diskusi terkait rencana itu, dikatakan termasuk upaya memisahkan produksi dan engineering serta merombak dewan direksi. Laporan ini mempercepat aksi jual saham di Renault, sedangkan saham Nissan jatuh ke level terendah.
Ketegangan antara Renault dan Nissan mulai mengemuka sejak pimpinan aliansi ini, Carlos Ghosn ditangkap otoritas Jepang pada November 2018. Ia ditahan atas berbagai dugaan, di antaranya pelanggaran laporan pendapatan dan memanfaatkan uang Nissan buat kebutuhan pribadi.
Namun Renault dan Nissan menyangkal laporan media terkait potensi perceraian keduanya dari aliansi. Menurut kedua perusahaan, kendati aliansi sedang digoyang cerita dramatis Carlos Ghosn yang melarikan diri dari pengadilan di Jepang, tidak ada ancaman serius pada aliansi.
"Aliansi adalah sumber kemampuan kompetitif Nissan. Melalui aliansi, untuk mencapai keberlangsungan dan perkembangan profit, Nissan akan tetap menyediakan hasil win-win untuk semua anggota perusahaan," tulis Nissan melalui pernyataan resmi perusahaan.
Baca Juga: Puan Maharani: Perempuan Berperan Besar Atasi Pandemi Covid-19