Nasib Industri Otomotif Nasional di Tengah Wabah Virus Corona

Rabu, 18 Maret 2020 | 13:11 WIB
Nasib Industri Otomotif Nasional di Tengah Wabah Virus Corona
GIIAS Makassar 2019 The Series. Sebagai ilustrasi pameran otomotif nasional dan internasional [Dok. Seven Events]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Wabah Virus Corona atau COVID-19 cenderung membuat banyak perusahaan di negara-negara industri mengambil langkah-langkah drastis demi mencegah penyebaran lebih lanjut. Misalnya pembatasan ekspedisi atau penutupan pabrik. Hampir dipastikan, jika pandemi terus berlanjut, dengan terpaksa banyak industri otomotif yang mengandalkan komponen impor dari negara-negara terdampak akan menghentikan produksi.

Bahkan menurut seorang pengamat otomotif, Yannes Martinus Pasaribu, jika wabah COVID-19 terus berlarut akan berdampak pada naiknya harga suku cadangnya, dan ini akan membuat beban biaya tambahan tadi dimasukkan kepada harga akhir kendaraan dan ujung-ujungnya menjadi beban konsumen.

Booth Toyota di IIMS 2014, yang digelar di Jakarta, Kamis (18/9). [suara.com/Kurniawan Mas'ud]
Suasana pameran otomotif IIMS, sebagai ilustrasi [Suara.com/Kurniawan Mas'ud]

Memang pemerintah sudah berupaya mengantisipasinya dengan melakukan relaksasi pajak. Tetapi hal ini lebih bergantung pada kesiapan negara-negara pengekspor bahan baku dan parts untuk menyuplai kebutuhan pabrik-pabrik perakitan yang ada di Indonesia.

"Kita semua paham bahwa tidak ada industri otomotif yang 100 persen membuat sendiri seluruh bahan baku hingga parts. Semua saling bergantung dalam sebuah sistem rantai pasok global," kata Yannes Martinus Pasaribu.

Baca Juga: COVID-19 Mencapai Eropa, Ini Laporan Otomotif Volkswagen Group

Ia menambahkan, kondisi saat ini yang mengharuskan orang untuk tetap berdiam di rumah dalam waktu lama juga akan membuat masyarakat lebih berfokus pada keselamatan diri dan keluarganya. Hal ini juga akan menurunkan minat mereka untuk memenuhi keinginan tersier mereka, yaitu membeli kendaraan.

Keselamatan diri dan keluarga selalu akan menjadi hal yang primer, atau yang utama. Dalam dua minggu ini diyakini pembelian kendaraan bermotor akan menyusut drastis akibat hal ini. Yang disebut sebagai social distancing.

"Jika ternyata waktunya lebih dari dua minggu maka dampaknya akan lebih besar lagi terhadap penurunan minat masyarakat untuk membeli kendaraan," ujar Yannes Martinus Pasaribu.

Selain itu, lelaki yang berprofesi sebagai dosen ITB ini pun memprediksi, permasalahan lain yang muncul adalah efek domino jika kasus Virus Corona ini berkepanjangan akan semakin sulit ditangani. Dampak terparah bisnis otomotif dan seluruh mata rantainya akan lumpuh akibat pasar otomotif global hingga domestik yang turun secara dramatis.

Baca Juga: Positif Coronavirus, Kristofer Hivju Imbau Social Distancing

"Insentif pemerintah untuk impor bahan baku hingga parts industri otomotif tidak banyak menolong jika produsen parts di negara lain yang terkoneksi dengan jejaring perakitan di Indonesia tidak dapat berpoduksi dalam jangka panjang secara optimal, seperti sebelum terjadinya kasus pandemik Corona ini," tutup Yannes Martinus Pasaribu.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI