Bermobil Mencari Simbah Koki Usia 100 Tahun di Yogyakarta

Selasa, 10 Maret 2020 | 14:33 WIB
Bermobil Mencari Simbah Koki Usia 100 Tahun di Yogyakarta
Mbah Marto, dari tangannya lahir mangut lele asap dahsyat [Suara.com/ukirsari].
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Selagi berada di Yogyakarta dan menggunakan kendaraan kategori Multi-Purpose Vehicle (MPV), keinginan untuk menjelajah pun timbul. Selain sarat oleh destinasi budaya serta sejarah, daerah ini juga kaya wisata kuliner. Salah satu rekomendasi Redaksi otomotif Suara.com dan Mobimoto.com adalah Mangut Lele Mbah Marto.

Sebagai catatan, nama warung Simbah yang berusia lewat dari 100 tahun ini sudah misuwur, alias kondang dalam bahasa Jawa. Bila memasuki kawasan Sewon, Bantul dan bertanya kepada warga sekitar dengan menyebut "Mbah Marto Nggeneng", mayoritas bisa memberikan arahan karena nama "koki" ini begitu familiar.

Begitu pula bila menilik penunjuk jalan. Pengemudi bakal dipandu menuju kediamannya yang menjadi warung. Konsep yang diusung sederhana saja: seperti makan di dapur dari kediaman eyang atau simbah sendiri, dan di akhir kunjungan tinggal menyebutkan makanan dan minuman yang sudah dinikmati serta membayarnya.

Baca Juga: Best 5 Otomotif Pagi: Cone Viral, Raffi Ahmad Jemput Mobil Andre Taulany

Kali ini, kami diarahkan ke lokasi berbeda dari Warung Mangut Lele Mbah Marto yang biasanya, beralamat di Panggungharjo, Sewon. Tujuan sekarang adalah Jalan Parangtritis Km 14.5, Gaduh, Yogyakarta.

Sempat sangsi apakah ada sosok nenek--sekaligus tentunya koki bagi warungnya sendiri--berusia sepuh atau lanjut usia yang akan kami kenali, bukti bahwa warung tujuan benar adanya. Ternyata ... arahan sang juru parkir tidak salah.

Proses pengasapan lele di Warung Mangut Lele Mbah Marto, menggunakan bilah bambu sebagai tusuknya [Suara.com/CNR ukirsari].
Proses pengasapan lele di Warung Mangut Lele Mbah Marto, menggunakan bilah bambu sebagai tusuknya [Suara.com/CNR ukirsari].

Tempat bersantap kami berkesan sederhana, namun lebih teratur dibandingkan terdahulu yang menggunakan bagian teras sampai dapur rumah. Di sini, tersedia bangunan semi permanen di sebelah sebuah rumah, yang dilengkapi bangku-bangku kayu dan meja panjang, sehingga memudahkan pengunjung duduk bersama rekan seperjalanan.

Hal tidak berubah adalah konsep penyajiannya. Yaitu hidangan ditata di meja pendek, berada di dapur, lengkap dengan peralatan memasak Mbah Marto. Dan di halaman belakang tampak bertusuk-tusuk lele tengah diasapi sebelum dicemplungkan ke dalam belanga raksasa berisikan kuah mangut terbuat dari santan kental, rempah, serta cabai merah merona.

Mbah Marto bersama crew otomotif Suara.com dan Mobimoto.com. Perhatikan bambu yang diraut oleh Mbah Marto untuk menjadi tusuk lele [Suara.com/Casudi Mahrez].
Mbah Marto bersama crew otomotif Suara.com dan Mobimoto.com. Perhatikan bambu yang diraut oleh Mbah Marto untuk menjadi tusuk lele [Suara.com/Casudi Mahrez].

Mbah Marto sendiri muncul menyapa para tamunya langsung, hal yang jarang ditemui di lokasi sebelumnya, mengingat beliau sibuk selalu di dapurnya. Dalam kunjungan terbaru ini, kami memiliki waktu lebih lama untuk mengobrol bersama Mbah Marto.

Baca Juga: Best 5 Otomotif Akhir Pekan: Yuni Shara TikTok, Modif Ranjang Justin Bieber

Berusia di atas 100 tahun, dengan lembut ia menyapa dalam bahasa Jawa madya, "Ngresakake apa, Nduk. Ayo dipundhut piyambak," atau artinya, "Ingin menu apa, Anak Cantik. Ayo, silakan ambil sendiri."

Dan di usianya yang sudah senja, Mbah Marto ternyata masih meraut sendiri, bilah-bilah bambu yang dijadikan penusuk ikan lele agar bisa tetap lurus saat dilakukan proses pengasapan.

"Iki ditandhangi dhewe," cetusnya. Atau terjemahannya, "Ini saya kerjakan sendiri."

Yang dilanjutkan dengan penuturan bahwa selaras nama warungnya, Mangut Lele Mbah Marto, maka hidangan utama tempat ini adalah menu itu. Bila tidak mencoba, ya namanya belum pernah berkunjung ke warungnya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI