Uji Bahan Bakar B40 Dimulai Maret

Liberty Jemadu Suara.Com
Senin, 10 Februari 2020 | 21:52 WIB
Uji Bahan Bakar B40 Dimulai Maret
Petugas membawa mobil dengan menggunakan bahan bakar Biodisel 30 saat launching road test penggunaan B30 di gedung KESDM, Jakarta, Kamis (13/6). [Suara.com/Muhaimin A Untung]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Asosiasi Produsen Biofuel Indonesia (Aprobi) mengatakan uji coba program mandatori biodiesel 40 persen atau B40 akan dimulai bulan Maret mendatang.

"Saya kira mulai bulan depan, baru tadi saya dapat surat dari badan penelitian migas supaya mengirimkan bahan bakunya untuk diujicobakan," kata Ketua Umum Aprobi MP Tumanggor ditemui di Kemenko Kemaritiman dan Investasi Jakarta, Senin (10/1/2020).

Tumanggor menjelaskan uji coba B40 akan segera dilakukan sebagaimana arahan Presiden Jokowi yang mengatakan program tersebut harus mulai berjalan pada Januari 2021 mendatang.

"Jadi tentu semua harus diuji coba, road test dulu," ujarnya.

Baca Juga: Truk-truk Mercedes-Benz di Indonesia Siap Telan B30

Tumanggor mengatakan nantinya akan diujicoba dua model untuk program B40. Pertama, yakni dengan memasok fatty acid methyl ester (FAME) sebagai campuran membuat biodiesel langsung dengan kadar 40 persen.

"Atau CPO-nya diproses melalui destilasi (penyulingan). Kalau destilasi bagaimana? Kalau FAME bagaimana? Kita lihat hasilnya nanti," katanya.

Ada pun terkait program B30 yang tahun ini resmi berjalan, Tumanggor mengatakan hingga kini tidak ada hambatan berarti dalam pelaksanaannya.

"Baik dari perusahaan otomotifnya, baik dari segi penyaluran dari Pertamina, demikian juga suplai dari para produsen. Semua berjalan sesuai rencana," katanya.

Sebanyak 9,6 juta kiloliter bahan bakar dari minyak kelapa sawit tahun ini ditargetkan bisa diserap untuk program B30. Dengan jumlah tersebut, diperkirakan kebutuhan bahan bakar minyak nabati yang dibutuhkan untuk program itu mencapai sekitar 800 ribuan KL.

Baca Juga: Pemakaian Biodiesel Diklaim Hemat Devisa Negara Rp 48,19 Triliun di 2019

"Mungkin kalau sekarang sudah sekitar 900 ribu KL. Soal penambahan saya rasa angka yang ditetapkan sudah disesuaikan dengan kebutuhan solar yang ada," tutup Tumanggor. [Antara]

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI