Suara.com - Salah satu pabrikan otomotif Eropa yang kini bermitra dengan Amerika Serikat, Fiat Chrysler, menyatakan bahwa wabah Wuhan Coronavirus atau 2019-nCoV dikhawatirkan bakal sanggup menghentikan produksi pabrik mobil Eropa kurun empat minggu.
Dikutip dari BBC News, Fiat secara khusus menyoroti hal ini, karena rantai pasokan komponen bisa berada dalam posisi rawan, utamanya bila mengandalkan pemasok dari China daratan. Alasan itu juga diperkuat dengan fakta bahwa Wuhan sendiri, terkenal di sana sebagai kota otomotif. Yaitu sebuah kawasan di mana para manufaktur otomotif global membangun aneka fasilitas produksi. Mulai membuat mobil, sampai komponen dan suku cadang.
Nissan, General Motors, Honda, Renault dan Peugeot, pemilik PSA Group dengan contoh dari para perusahaan yang membuat jalur produksi di Kota Wuhan, Provinsi Hubei, dan sejak akhir Januari 2020 tidak beroperasi.
Mike Manley, direktur eksekutif Fiat, terus terang menyatakan kepada Financial Times bahwa ada satu pemasok yang mengalami krisis suku cadang, dan hal ini yang membahayakan lini produksi di Eropa.
Baca Juga: Wabah Coronavirus, Perusahaan Otomotif Satu Ini Paling Terdampak
Fiat Chrysler sendiri, yang beroperasi di China melalui usaha patungan Guangzhou Automobile Group dan memiliki 0,35 persen pangsa pasar mobil penumpang di China telah mengalami kerugian. Sedangkan Toyota Motor Corporation yang memiliki pabrik di Inggris, menyebutkan terus memantau situasi, semisal rantai produksinya terhambat.
Saat ini, Hyundai sebagai produsen otomotif terbesar Korea Selatan, sekaligus kelima di dunia menyatakan untuk sementara menghentikan jalur produksi di pabrik-pabriknya di negara sendiri, karena kekurangan suku cadang buatan China. Sedangkan Volvo terpaksa mengganti pemasok baterai agar jalur produksi tetap beroperasi.
Itulah yang dikhawatirkan, bila tidak ada pemasok atau rantai suplai komponen otomotif terhambat, maka dari Asia kesulitan produksi kendaraan akan terjadi di Eropa.
Baca Juga: Best 5 Otomotif Pagi: Pesona Rossi, Teknologi ASF untuk Lansia