Ada Wabah Coronavirus, Tesla Belum Ubah Rencana Bangun Pusat Desain

Jum'at, 07 Februari 2020 | 09:00 WIB
Ada Wabah Coronavirus, Tesla Belum Ubah Rencana Bangun Pusat Desain
Ilustrasi Kota Shanghai, China, di mana Tesla Gigafatory berlokasi [Dok. Philips Lighting].
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Sebagai perusahaan yang baru membuka pabrik di luar "rumah sendiri", Tesla mengantongi strategi ambisius. Padahal, hanya beberapa minggu setelah produsen mobil bertenaga listrik murni (Electric Vehicle atau EV) ini mulai mengirimkan sedan Tesla Model 3 pertama buatan Shanghai, China, wabah Wuhan Coronavirus (2019-nCov) meledak.

Dikutip dari CNN Musiness, akibat Wuhan Coronavirus, pabrik Tesla di Shanghai yang dikenal sebagai Tesla Gigafactory itu pun mengikuti peraturan pemerintah China untuk ditutup sementara. Dan baru akan beraktivitas kembali usai Hari Raya Cap Go Meh atau Lantern Festival (8/2/2020), sekitar dua minggu setelah Hari Raya Imlek (25/1/2020).

Pengusaha dan inovator terkemuka AS, Elon Musk. [AFP/Peter Parks]
Pengusaha dan inovator Tesla Incorporation, Elon Musk. [AFP/Peter Parks]

Mengikuti kesiapan beberapa produsen otomotif global yang memiliki pabrik di Negeri Tirai Bambu, seperti disebutkan Autonews, Tesla Gigafactory bisa jadi mulai beroperasi setelah 9 Februari 2020, mengingat Lantern Festival jatuh di akhir pekan. Dan kebijakan waktu buka kembali pabrik-pabrik otomotif di China tadi cukup variatif, di rentang 10 - 15 Februari 2020.

Saat hadir dalam seremoni yang menandai pengiriman perdana produk buatan Shanghai, China, pimpinan Tesla, Elon Musk mengumumkan bahwa Gigafactory akan menghasilkan Model Y, kategori Sport Utility Vehicle bertenaga listrik murni (Electric Vehicle atau EV) dengan harga lebih murah.

Baca Juga: Wabah Coronavirus, Perusahaan Otomotif Satu Ini Paling Terdampak

Dan penting dicatat, Elon Musk juga berencana untuk membuka pusat desain di China dengan tujuan menciptakan "mobil orisinal" untuk pangsa penjualan global.

"Kami tidak yakin Coronavirus bakal berdampak panjang bagi Elon Musk dan Tesla untuk di wilayah utama China," demikian papar analis bisnis Dan Ives dari perusahaan Wedbush. Adapun keterlambatan pengiriman sedan Tesla Model 3 buatan China hanyalah bagian dari "risiko jangka pendek yang bisa ditahan".

Sementara itu, Elon Musk menunjukkan bahwa kehadiran pabrik Tesla Gigafactory sangatlah menguntungkan. Utamanya dalam memangkas harga produk. Seperti contohnya harga Tesla Model 3 di awal Januari 2020. Bila awalnya senilai 355.800 yuan atau sekitar 43.110 dolar Amerika Serikat (AS), kini harganya menjadi 323.800 yuan atau senilai 46.680 dolar AS. Ditambah subsidi pemerintah, harganya menjadi 299.050 yuan atau 43.110 dolar AS.

"Kami berusaha membuat mobil semurah mungkin, secepat mungkin, namun setidaknya sedikit menguntungkan, sekaligus mampu menumbuhkan perusahaan secara gila-gilaan," tandas Elon Musk, pada Rabu pekan lalu (29/1/2020).

Lantas soal penundaan pengiriman sedan Tesla Model 3 dan kebijakan penutupan pabrik di China untuk sementara, Zachary Kirkhorn, kepala keuangan Tesla menyebutkan Wuhan Coronavirus tidak mengganggu aliran keuntungan pabrik mereka.

Baca Juga: Audiensi Gelaran Otomotif, Dua Acara Menarik Digelar di Banda Aceh

"Penundaan memang terjadi antara satu hingga satu setengah pekan di lini produksi Tesla Model 3 yang dibuat di Shanghai. Namun ini adalah kebijakan wajib dari pemerintah, yang mesti diikuti," tukas Zachary Kirkhorn.

"Bicara soal kerugian, situasi ini tidak memukul Tesla secara telak, mengingat produk buatan China dari masih tahap awal. yang kami butuhkan adalah pengawasan akan tejadinya rantai pasokan untuk mobil-mobil buatan Tesla dari pabrik kami di California," tutupnya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI