Suara.com - Peristiwa merebaknya wabah Coronavirus dari Kota Wuhan di Provinsi Hubei, China membawa pengaruh besar terhadap kondisi ekonomi. Termasuk sektor otomotif dunia, antara lain Jepang. Pasalnya, beberapa pabrikan mobil mereka berlokasi di kota itu. Antara lain milik Honda Motor Corporation.
Dikutip dari kantor berita Antara, Menteri Ekonomi Jepang, Yasutoshi Nishimura pada Selasa (28/1/2020) memperingatkan bahwa keuntungan perusahaan dan produksi pabrik mungkin mendapatkan pukulan dari wabah Coronavirus yang telah mengguncang pasar global.
"Ada kekhawatiran mengenai dampak terhadap ekonomi global dari penyebaran infeksi virus di China, terjadi gangguan transportasi, pembatalan kelompok-kelompok wisatawan China serta libur Hari Raya Imlek diperpanjang," demikian jelas Yasutoshi Nishimura dalam konferensi pers setelah pertemuan kabinet reguler.
"Jika situasi ini berlangsung lama, kami khawatir bakal merusak ekspor, produksi, serta keuntungan perusahaan Jepang sebagai dampak dari konsumsi dan produksi China," lanjutnya.
Baca Juga: Kota Otomotif China Terpapar Coronavirus, Ini Prediksi Penjualan Mobilnya
Sebagai contoh, perusahaan otomotif Honda Motor Corporation atau Honda Motor Corp yang memiliki tiga pabrik di Wuhan, ibu kota Provinsi Hubei serta pusat penyebaran Coronavirus berencana untuk mengevakuasi beberapa staf.
Dan diketahui, China adalah tujuan ekspor terbesar kedua dari Jepang. Selain pembuat mobil, pengecer juga menjadi sangat tergantung pada China di tengah pertumbuhan ekonomi Jepang yang lambat serta kondisi demografi yang menyusut.
Saat ini, Jepang, utamanya Kota Tokyo tengah bersiap menjadi tuan rumah Olimpiade 2020 yang akan berlangsung di musim panas nanti, antara Juli hingga Agustus.
Tak sebatas wisatawan dari China saat ini menyusut jumlahnya untuk datang ke Jepang, namun beberapa pemilik mall atau department store juga mengkhawatirkan bahwa pembeli dari negeri sendiri pun akan takut bepergian ke luar rumah karena Coronavirus.
Ekonom di SMBC Nikko Securities bahkan memperkirakan jika larangan yang diberlakukan China pada wisata berkelompok ke luar negeri berlangsung enam bulan lagi, bakal merugikan pertumbuhan ekonomi Jepang sebesar 0,05 persen.
Baca Juga: 5 Hits Otomotif Pagi: Obituari Kobe Bryant, Dampak Coronavirus