Masih Rawan Banjir, Hindari Kondisi Hydrolocking

Senin, 06 Januari 2020 | 16:05 WIB
Masih Rawan Banjir, Hindari Kondisi Hydrolocking
Ilustrasi sebuah mobil melewati jalanan yang dibanjiri air (Shutterstock).
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Selain video yang memperlihatkan kondisi beberapa mobil terbawa arus banjir Jakarta 2020, tampak pula "pemandangan" sebaliknya. Tunggangan melaju mengarungi air bah. Keren, namun membuat miris.

Bayangkan bila akhirnya laju mobil terhenti karena kompartemen mesin terperangkap air. Dikenal dengan nama "engine water hammer" atau hydrolocking, pengertiannya adalah kondisi mesin mobil mati mendadak atau mogok, karena masuknya air ke dalam ruang bakar melalui air intake.

Evakuasi mobil banjir yang dilakukan oleh Garda Siaga, Asuransi Astra [Dok Asuransi Astra].
Evakuasi mobil banjir yang dilakukan oleh Garda Siaga, Asuransi Astra [Dok Asuransi Astra].

Kondisi ini bakal menimbulkan tekanan besar pada ruang silinder, sehingga bisa terjadi kondisi setang piston menjadi bengkok, ring piston rusak, demikian pula dinding silinder, sampai melengkungnya cylinder head.

Bila sudah demikian, tolong jangan sebut bahwa mesin mobil tidak ciamik. Pasalnya peruntukan mobil memang bukan tunggangan amfibi alias bisa beroperasi di jalan raya serta air atau rawa. Kecuali bila labelnya memang bukan kendaraan sehari-hari atau yang digunakan secara umum.

Baca Juga: BBM Pertamina Murah dan Berkualitas? Ini Penilaian Komunitas Otomotif

Nah, meski banjir Jakarta 2020 mulai berlalu dan diharapkan tidak kembali lagi, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyebutkan bahwa puncak musim hujan diperkirakan terjadi pada Februari 2020.

Artinya masih akan ada sekian pekan bahkan berbilang bulan dengan kondisi harian basah hingga situasi tergenang.

"Cara terbaik agar terhindar dari engine water hammer ini adalah menghindari genangan air. Jika belum terlanjur melintas, sebaiknya segera putar balik dan lewat jalan lain. Jangan pernah memaksakan diri apalagi sengaja menerjang genangan. Kalau sudah mogok, risikonya akan lebih besar," papar Laurentius Iwan Pranoto, SVP Communication, Event, & Service Management Asuransi Astra.

Menurutnya, bila jalan tergenang air cukup tinggi, maka ada potensi terjadi gejala hydrolocking atau engine water hammer. Sehingga dibutuhkan sikap bijaksana dan kehati-hatian dari pengemudi saat mengeksekusi jalan raya dalam suasana hujan.

"Pastikan ketinggian genangan air setidaknya 30 cm di bawah air intake, sehingga aman dan tidak menyedot air. Langkah selanjutnya adalah injak gas secukupnya dan jangan menggunakan putaran mesin tinggi agar air tidak masuk ke saluran pembuangan gas atau knalpot," pungkas Laurentius Iwan Pranoto.

Baca Juga: Bereskan Tumpukan Mobil, Ini Karya Komunitas Otomotif

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI