Suara.com - Awal pekan ini, Gubernur Provinsi Jawa Tengah, Ganjar Pranowo bersama jajaran pemerintahan serta generasi muda memperingati Hari Antikorupsi Sedunia atau Hakordia 2019. Hal paling seru adalah acara penempelan stiker berkalimat unik sekaligus mengena tentang tindak korupsi.
Yaitu, "Nek Aku Korupsi Ora Slamet". Diangkat dari Bahasa Jawa, artinya adalah "Apabila saya korupsi, maka tidak akan selamat". Kalimat ini dianggap bukan hanya sebagai pernyataan, namun mendorong keberanian moral untuk tidak melakukan berbagai tindak pidana korupsi.
Dikutip dari kantor berita Antara, setelah diperbanyak, stiker antikorupsi itu dibagikan ke seluruh organisasi perangkat daerah untuk dipasang di seluruh mobil dinas, termasuk di mobil para kepala dinas pada Selasa (10/12/2019).
Sejumlah kepala dinas di lingkungan Pemerintah Provinsi Jawa Tengah menanggapi penempelan stiker antikorupsi bertuliskan "Nek Aku Korupsi Ora Slamet" di kendaraan dinas masing-masing.
Baca Juga: Mobil di Bantul Tabrak Pembatas Jalan, Minimnya Penerangan Ramai Dikeluhkan
"Saya baru dapat stiker tadi pagi dan sudah ditempel di mobil. Begitu dipasang langsung difoto dan saya kirim ke grup (WhatsApp) keluarga, juga ke teman-teman," papar Prasetyo Ariwibowo, Kepala Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah Provinsi Jawa Tengah di Semarang, yang menggunakan mobil dinas Toyota Innova Reborn warna hitam.
Sementara Hanung Triyono, Kepala Dinas Pekerjaan Umum Bina Marga dan Cipta Karya Provinsi Jateng menyatakan bahwa stiker yang ditempel di kaca belakang mobil sebelah kiri itu membuatnya semakin percaya diri menindak jajarannya yang nakal, bahkan tidak akan segan memutus kontrak penyedia jasa.
"Kami "blacklist" dan putus kontrak jika melakukan pekerjaan yang tidak sesuai spesifikasi. Kepada karyawan dan staf, akan kami pecat jika terbukti melakukan tindak pidana korupsi," tandasnya.
Kemudian, Sudjarwanto Dwiatmoko, Kepala Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral Provinsi Jateng menyatakan pemikiran, bahwa bukan sebatas dirinya yang tidak akan selamat jika korupsi, akan tetapi penambang-penambang ilegal juga, karena tuah kalimat itu.
"Itu tekad yang total memerangi korupsi, saya berulang kali ngomong sama penambang, penambang yang ilegal itu saya doakan tidak selamat, karena itu korupsi juga. Doa saya hanya satu itu, ini langkah saya untuk berani memerangi mereka," tandasnya.
Baca Juga: Gara-gara Brexit, Pertumbuhan Ekonomi Inggris Paling Buruk Sejak 2009
Sedangkan Tavip Supriyanto, Kepala Badan Pendapatan Daerah Provinsi Jateng menyebutkan mendengar komentar anak buahnya soal penempelan stiker antikorupsi itu, seperti "Kalau ada apa-apa bagaimana ini? Kita kecelakaan dikira ada kejadian korupsi bagaimana?"
Ia menyatakan, menyadari curhatan anak buahnya itu karena pihaknya selama ini dianggap sebagai "lahan basah" yang rentan praktik penyimpangan, khususnya di Samsat. Dengan adanya penegasan sikap melalui stiker antikorupsi, Tavip Supriyanto berharap dirinya dan anak buahnya semakin berhati-hati menjalankan tugas-tugasnya.
"Tidak hanya kata-kata di stiker. Kalimat "Tetep Mboten Korupsi Mboten Ngapusi" kami pakai sebagai "tagline" di mana pun. Karena kita sangat rentan untuk melakukan penyimpangan-penyimpangan. Di lapangan kami tidak bisa mengawasi satu persatu karena ada dari Kepolisian, Jasa Raharja dan lainnya," tukasnya.
Karena itu, pihaknya juga menggandeng Kepolisian untuk semakin memperbaiki layanan di Samsat. Bahkan bersama Kapolres Purworejo meluncurkan modernisasi sistem pengecekan fisik kendaraan di Samsat.
"Kapolresmenekankan, dengan cek fisik kendaraan, kami tidak menerima sesuatu dari wajib pajak. Tidak ada pungutan sama sekali di ruang cek fisik, tidak ada biaya cek fisik. Cek fisik ini modern, begitu mobil masuk sudah terpotret fisiknya," pungkas Tavip Supriyanto.