Luhut Ngotot Pabrik Baterai Mobil Listrik Berproduksi 2023

Liberty Jemadu Suara.Com
Selasa, 10 Desember 2019 | 19:05 WIB
Luhut Ngotot Pabrik Baterai Mobil Listrik Berproduksi 2023
Honda memperkenalkan mobil listrik mereka dalam pameran di 64th Internationale Automobil Ausstellung (IAA), Frankfurt, Jerman, 25 September 2011. [Shutterstock]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan mengatakan bahwa pada 2023 pabrik baterai litium yang bisa digunakan untuk mobil listrik sudah harus beroperasi dan berproduksi.

"Saya mau 2023. Mereka (investor) bilang 2025. Saya mau 2023, soal izin urusan saya. Kalau kita terima-terima saja nanti 2025 berubah lagi, pejabat baru lagi, tidak jadi itu barang," katanya di Jakarta, Selasa (10/19/2019).

Luhut menjelaskan saat ini pemerintah terus mengejar agar produksi baterai bisa berjalan pada 2023. Sejumlah perusahaan di Morowali dan Weda Bay juga diharapkan bisa membangun fasilitas pengolahan nikel berteknologi High Pressure Acid Leach (HPAL).

"Baterai ini kita harap tahun 2023 semua sudah masuk. Dan itu akan berdampak luar biasa ke ekspor kita sehingga current account deficit kita yang 31 miliar dolar itu akan bisa diatasi," imbuhnya.

Baca Juga: Menristek Dorong Indonesia Produksi Baterai Lithium dari Garam

Luhut memaparkan strategi pemerintah untuk mengatasi defisit transaksi berjalan, yakni dengan mendorong peningkatan ekspor. Selain ekspor, pemanfaatan minyak kelapa sawit melalui program B20, B30 serta sektor pariwisata juga akan dapat mengatasi masalah tersebut.

Kembali soal pabrik baterai, Luhut menambahkan, pabrik baterai litium itu tengah dipertimbangkan untuk bisa dibangun di Patimban, Jawa Barat, dengan pertimbangan teknis lebih dekat ke fasilitas produksi otomotif.

"Tapi katodenya pasti di Morowali," ujarnya.

Jika urusan analisis dampak lingkungan rampung, konstruksi pabrik yang memakan waktu 18 bulan hingga dua tahun diharapkan bisa segera dikejar.

Berdasarkan US Geological Survey, Indonesia disebut memiliki cadangan nikel hingga 21 juta ton, tertinggi di antara negara lain seperti Australia, Brasil dan Rusia. Nikel sendiri jadi bahan baku utama dalam katode baterai untuk kendaraan listrik. [Antara]

Baca Juga: Perintis Baterai Lithium Ion Diganjari Nobel Kimia 2019

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI