Suara.com - Nanofluida adalah cairan yang telah dikenal cukup lama di dunia sains. Paling tidak sejak 1995, dan digunakan di beberapa sektor, antara lain bidang otomotif. Di antara beberapa sifat yang dimiliki, nanofluida memiliki potensi atau kegunaan dalam aplikasi transfer panas.
Dikutip dari kantor berita Antara, Badan Tenaga Nuklir Nasional atau BATAN, saat ini tengah meneliti kemungkinan penggunaan nanofluida sebagai pengganti air untuk mendinginkan reaktor nuklir serta kegunaan lainnya.
"Awalnya penelitian dilakukan untuk mencari konduktivitas thermal fluida yang lebih besar daripada fluida yang ada, karena bila kami menggunakan cara-cara konvensional, itu sudah berada di batas atas atau tidak bisa lebih bagus lagi dari saat ini," jelas peneliti metalurgi BATAN, Dr Dani Gustaman Syarif ketika ditemui di laboratorium BATAN di Bandung, Jawa Barat pada Jumat (6/12/2019).
Disebutkannya bahwa selama ini, reaktor-reaktor nuklir di seluruh dunia menggunakan air sebagai penghantar panas untuk mengurangi energi panas dalam reaktor.
Baca Juga: Tak Cuma Artis, Mobil Ini Kebagian Jatah Masuk Walk of Fame Hollywood
Berbagai cara untuk menyempurnakan pendingin sudah dilakukan seperti memperluas permukaan pipa dan memberi tekanan yang lebih tinggi agar kecepatan air lebih besar. Namun paling ekonomis saat ini adalah memperbaiki karakteristik fluida atau cairan pendingin, demikian menurut sudut pandang Dr Dani Gustaman Syarif.
"Jadi di dunia ini belum ada yang menggunakan, apalagi di reaktor. Kami bersaing dengan banyak peneliti di negara lain untuk bisa secepatnya mengaplikasikan," jelasnya.
Sementara di dunia otomotif sendiri, dikutip dari laman Nanowerk, nanofluida diproduksi oleh dispersi nanopartikel yang stabil dalam cairan transfer panas. Sebagai penghantar digunakan media air atau etilen glikol.
Lewat sebuah penelitian pada 2014, dirancanglah sistem yang mirip dengan sistem pendingin radiator mobil dari berbagai jenis brand pada saat itu.
Campuran nanofluid yang dibuat dari perbandingan 60:40 antara air dan etilen glikol digunakan sebagai pengganti cairan pendingin radiator. Sementara Titanium oksida (TiO2) dan Tembaga oksida (CuO), masing-masing digunakan sebagai nanopartikel. Hasilnya, terjadi peningkatan perpindahan panas dengan penggunaan nanopartikel Tembaga oksida dibandingkan dengan nanopartikel Titanium oksida.
Baca Juga: Sepanggung Kylie Minogue, Lewis Hamilton Sebut Ayahnya Pahlawan
Hasil temuan berupa cairan ini lantas disempurnakan untuk digunakan secara luas oleh masyarakat umum, seperti di kendaraan sebagai pendingin radiator serta oleh industri yang menggunakan sistem perpindahan panas.