Suara.com - Brigadir Buana Adi Putra, adalah anggota Bhayangkara Pembina Keamanan dan Ketertiban Masyarakat (Bhabinkamtibmas) Kampung Mulyasari, Desa Sukamulya, Kecamatan Sukamakmur, Kabupaten Bogor, yang memiliki pandangan keren soal filosofi kopi.
Dikutip dari kantor berita Antara, Buana Adi Putra menyebutkan, "Kopi adalah pemersatu Kamtibmas (Keamanan dan Ketertiban Masyarakat), karena di setiap kegiatan positif di masyarakat hampir bisa dipastikan tersaji kopi sebagai hidangan."
Filosofinya soal kopi ini berangkat dari pengalamannya menggeber motor trail. Pada Juli 2017, Buana Adi Putra menerobos kawasan hutan dengan tunggangan itu ke Kampung Mulyasari untuk pertama kalinya. Kampung Mulyasari ini berjarak 25 km dari pusat pemerintahan Kabupaten Bogor di Cibinong, dan memiliki akses jalan yang hanya bisa dilalui pejalan kaki dan kendaraan roda dua.
Anggota Bhabinkamtibmas itu melihat adanya potensi besar dari perkebunan kopi warga setempat yang mampu menggerakkan roda perekonomian. Bahkan ia memiliki impian untuk menjadikan Kampung Mulyasari sebagai desa teladan di Jawa Barat. Seperti Desa Ponggok di Klaten, Jawa Tengah yang tadinya miskin menjadi desa makmur.
"Caranya antara lain dengan mengembangkannya menjadi kampung wisata dengan kopi eco village," jelas Buana Adi Putra.
Baca Juga: Ford v Ferrari: Bukti Totalitas Christian Bale Ikut Sekolah Balap
Tentu saja impian itu tidak langsung terwujud, namun bertahap. Apalagi Kampung Mulyasari yang berdiri pada 2011 dan terbentuk dari eksodus masyarakat Kampung Gunung Sanggar karena permukiman mereka hilang diterjang longsor belumlah mendapat fasilitas memadai.
Yang dilakukan Buana Adi Putra di desa berjumlah penduduk sekitar 60 kepala keluarga (KK) atau sekitar 285 jiwa, dan bergabung dalam satu rukun tetangga (RT) adalah mengawal kegiatan belajar mengajar (KBM) di kelas jauh, bersama tenaga pengajar tetap dan saluran dana Program Indonesia Pintar (PIP) kepada anak-anak kelas jauh Mulyasari.
Sebelum desa dialiri listrik, Buana Adi Putra pun membuat penerangan dari turbin kecil dan kincir angin , sampai listrik masuk Kampung Mulyasari dan warga pun menikmati fasilitas ini. Kemudian, ia mengawasi program Rehabilitasi Sosial Rumah Tidak Layak Huni (Rutilahu) dari Program Keluarga Harapan (PKH) yang disalurkan ke Desa Mulyasari.
Menilik profesi mayoritas warga adalah petani kopi, padi, kapulaga, pisang dan cengkeh, secara otodidak, ayah dua anak ini lantas mengembangkan kopi luwak Pancaniti dengan Kelompok Tani (Poktan) Hutan Inagroita bentukannya. Kelompok tani beranggotakan 53 orang, menanam kopi di lahan seluas kurang lebih 25 hektare. Penyuluhan senantiasa ia lakukan, bermodalkan si motor trail dinas.
Buana Adi Putra juga melatih diri, memasarkan kopi produksi petani ke beberapa gerai kopi di Kota Bogor. Tujuannya satu, mendorong perekonomian masyarakat kampung binaannya.
Baca Juga: Ford v Ferrari, Tontonan Seru bagi Pencinta Otomotif Sejati
Para petani binaannya yang dikunjungi dengan motor trail, menanam dua jenis kopi yakni Arabika berkarakter sedikit asam, beraroma buah segar, kafein sedikit lebih wangi, dan Robusta berkarakter cenderung pahit, beraroma kacang-kacangan, cokelat karamel, tinggi kafein serta aroma lebih lembut.