B20 Naik Kelas B30, Gaikindo Sebut Kebijakan Pemerintah Tepat

Minggu, 10 November 2019 | 22:20 WIB
B20 Naik Kelas B30, Gaikindo Sebut Kebijakan Pemerintah Tepat
Biodiesel [Shutterstock]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - B20 atau penggunaan bahan bakar biodiesel sebesar 20 persen yang telah diterapkan di Indonesia bakal ditambah lagi atau naik kelas menuju B30 atau biodiesel 30 persen.

Dikutip dari kantor berita Antara, para pelaku usaha otomotif nasional yang bersatu di bawah bendera Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) menyebutkan bahwa kebijakan pemerintahan Presiden Joko Widodo mendorong biodiesel dari minyak sawit, sangatlah tepat.

Yohannes Nangoi, Ketua Umum Gaikindo dalam pembukaan GIIAS 2019 The Series Surabaya [Suara.com/Achmad Ali].
Yohannes Nangoi, Ketua Umum Gaikindo dalam pembukaan GIIAS 2019 The Series Surabaya [Suara.com/Achmad Ali].

"Di bidang biodiesel, Indonesia terdepan. Negara lain paling banter hanya tujuh persen, sedangkan Indonesia berani 20 persen (B20). Tahun depan bahkan naik lagi menjadi B30. Ini patut dibanggakan," papar Yohannes Nangoi, Ketua Umum Gaikindo di Jakarta, Sabtu (10/11/2019).

Disebutkannya pula, bahwa sejauh ini kendaraan yang menggunakan B20 tidak mengalami masalah berarti.

Baca Juga: Ford v Ferrari: Bukti Totalitas Christian Bale Ikut Sekolah Balap

"Untuk kendaraan berat seperti truk, tidak ada masalah. Namun berbeda untuk sejenis Kijang atau Fortuner. Bila kadar airnya tinggi, bisa menimbulkan korosi. Akan tetapi kami sudah mencoba biodiesel, bagus-bagus saja," jelas Yohannes Nangoi.

Dari pencapaian hasil B20 yang naik kelas ke B30, ia menilai bahwa industri sawit nasional memiliki prospek cerah, karena komoditas itu terbukti mampu digunakan sebagai campuran biodiesel.

Apalagi, tambahnya, potensi penjualan mobil nasional stabil di angka 1,1 juta per tahun dan cenderung mengalami peningkatan, sehingga kebutuhan biodiesel bakal terus bertumbuh.

"Ketika bahan bakar dari fosil semakin mahal karena cadangannya berkurang, pilihannya tentu saja bahan bakar nabati (BBN). Dan, Indonesia sudah memulai dengan mengembangkan biodiesel," tukasnya.

Sebelumnya mantan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Ignatius Jonan dalam acara Indonesia Biodiesels Leader Forum yang diselenggarakan Asosiasi Produsen Biofuel Indonesia (Aprobi) di Jakarta, Jumat (8/11/2019) mengingatkan pentingnya kampanye atau sosialisasi dan promosi besar-besaran terhadap biodiesel.

Baca Juga: Hari Pahlawan di Surabaya, Wali Kota Risma Naik Kendaraan Tempur

"Perlu kampanye besar-besaran. Yang penting juga, gandeng Gaikindo. Saya yakin, bisnis ini akan terus membesar," papar Ignatius Jonan.

Ditambahkannya bahwa Aprobi perlu melakukan kampanye yang baik secara konsisten kepada masyarakat sehingga tak ada penolakan bila harga biodiesel mengalami kenaikan atau penyesuaian.

Ignatius Jonan meyakini bahwa pemerintah Indonesia konsisten untuk menerapkan kebijakan B30, B50, hingga B100 ke depan sesuai dengan harapan Presiden Joko Widodo.

Sebagai catatan, Ignatius Jonan sendiri, selama menjabat sebagai Menteri ESDM memberikan dukungan penuh terhadap industri sawit di Indonesia, termasuk soal penetapan kebijakan mandatori B20 dan B30.

"Kami menghargai upaya yang dilakukan Pak Jonan yang selama menjabat sebabagi Menteri ESDM selalu memberi dukungan penuh pada industri sawit selama ini," kata Master Parulian Tumanggor, Ketua Aprobi yang atas nama asosiasi biofuel itu memberikan apresiasi kepada Ignatius Jonan.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI