Suara.com - Soal Indonesia ingin berjaya memiliki mobil nasional atau mobnas sendiri, sejatinya telah dimulai sejak lama. Yaitu saat BJ Habibie masih menjabat sebagai Menteri Negara Riset dan Teknologi atau Menristek. Beliau adalah inisiator program Mobil Masyarakat Murah yang diberi nama Maleo.
Dikutip dari kantor berita Antara, projek mobnas bernama "Maleo" ini marak dibicarakan sejak 1994. Saat itu Komisi X DPR mengusulkan kepada Menristek BJ Habibie agar membuat mobil sendiri, dengan berpijak kepada industri pesawat terbang yang telah berkembang pesat terlebih dulu.
Usulan DPR ini kemudian disampaikan BJ Habibie kepada Presiden Soeharto. Menurut mendiang, Pak Harto tidak berkeberatan karena bakal menjadi salah satu perwujudan aspirasi masyarakat.
Rancang Bangun
Baca Juga: Top 5 Kabar Otomotif Pagi: Frankfurt Motor Show Sampai Mobil Baru
Mobnas Maleo dikembangkan oleh 83 insinyur serta ahli teknik dari Badan Usaha Milik Negara Industri Strategis (BUMNIS) yang mencakup Industri Pesawat Terbang Nusantara (IPTN), PINDAD, Lembaga Elektronika Nasional (LEN), INTI, BARATA, serta Krakatau Steel. Sementara rancang bangunnya disiapkan oleh Badan Pengelola Industri Strategis (BPIS) bersama Australia.
Hasilnya adalah sedan kekuatan 80 tenaga kuda, menggunakan mesin Orbital dari Australia, dengan spesifikasi tiga silinder dan kubikasi 1.200 cc. Sementara materialnya banyak menggunakan "thermostat"--bahan plastik antikarat.
Proses rekayasa mobnas ini terus berjalan untuk mendapatkan mobil bertipe kecil yang hemat bahan bakar dengan kapasitas mesin 1.000 cc. Dan BJ Habibie menyebutkan bahwa mesin Orbital dinilai hemat BBM dan tidak mencemari lingkungan atau dengan kata lain ramah lingkungan.
"Nantinya harga jual di bawah 20 juta rupiah. Mobil seperti ini banyak dibutuhkan keluarga," papar BJ Habibie saat itu.
Soal Komponen Lokal
Baca Juga: Projek Tanggap Bencana dari Sektor Otomotif Ini Bagus Diterapkan
Harapan Menristek atas Maleo sebagai program unggulan adalah bisa meluncur di pasar nasional pada 1998. Sehingga rancangan rampung pada April 1997, dan prototipe mulai diuji coba. Sebanyak 60 unit mobil Maleo akan diproduksi untuk tahap ini. Adapun kandungannya, 60 persen komponen lokal, dan 40 persen memanfaatkan teknologi Australia dan Inggris.
"Kenapa namanya Mobil Nasional, ya apalah arti sebuah nama, yang penting ini hasil karya nyata putera-putera Indonesia," jelas BJ Habibie saat itu sambil menyatakan bahwa di masa dengan Maleo akan berbahan bakar hidrogen, tidak lagi bensin.
Untuk kepemilikan sahamnya, BPIS memiliki 30 persen saham perusahaan pembuat mobnas Maleo, sedangkan 70 persen sisanya dimiliki swasta dengan nilai masing-masing unit saham ditawarkan 100 hingga 1.000 dolar Amerika Serikat (AS).
Swasta yang dimaksud adalah perusahaan industri komponen nasional yang didorong pertumbuhannya melalui program mobnas. Ini mengingat bahwa pengembangan mobil nasional bisa dilakukan oleh perusahaan swasta, sehingga BPIS sebagai lembaga nondepartemen lebih memusatkan perhatiannya kepada industri yang benar-benar strategis seperti pesawat udara, kereta api, dan senjata.
Laman berikutnya adalah soal pupusnya Maleo oleh projek otomotif lain.