Suara.com - Bicara soal Bhutan, Land of The Thunder Dragon atau Druk Yul dalam bahasa setempat, pasti teringatlah pada "Indeks Kebahagiaan" setiap warganya, sampai betapa mahalnya visa atau perizinan untuk berlibur di negara ini.
Seperti telah dituliskan di artikel-artikel sebelumnya, untuk masuk ke Bhutan saya mesti membayar visa dan biaya akomodasi dan transportasi sebesar 200 - 300 dolar Amerika Serikat per hari. Juga harus "dikawal" oleh driver Rinchen, serta pemandu wisata Kindey Duba karena sebagai wisatawan, saya tidak diperkenankan bepergian sendiri. Dan kelengkapan pembiayaan mesti sudah dituntaskan sebelum kita sampai di negara ini.
Namun meski dirasa mahal bagi sebagian pengunjung atau calon turis yang berniat ke Bhutan, negara ini terkenal sebagai lokasi pernikahan pilihan para selebritas atau artis.
Baca Juga: Lima Alasan, Mengapa Charles Leclerc Layak Jadi Idola Baru di F1
Pasti alasannya bisa dimengerti secara mudah. Pertama adalah menyangkut privasi. Kedua, bagi yang ngotot ingin membuntuti sang bintang film pujaan atau si artis ... ya bagaimana bisa direalisasikan bila mesti memiliki modal minimal 300 dolar Amerika Serikat per hari belum termasuk biaya tiket pesawat ke dan dari Paro, lokasi bandara internasional Bhutan.
Juga lokasi yang berjauhan antara satu kota dengan yang lainnya, sehingga tidak mungkin bila seseorang bisa atau memutuskan untuk berada di sini hanya satu kali 24 jam saja!
Bicara soal selebritas yang menikah di Bhutan, saya membaca berita bahwa aktor dan aktris Hong Kong, Tony Leung dan Carina Lau, sekian tahun yang lalu. Seremoni dilakukan secara tertutup dan dihadiri beberapa tokoh Kerajaan Bhutan di sebuah kuil, yang tidak diperkenankan mengambil gambar di bagian dalamnya.
Namun dasar para jurnalis tak kenal lelah dan mungkin disebabkan kegembiraan anggota keluarga mempelai sendiri, beberapa saat setelah pernikahan Tony Leung serta Carina Lau, potret mereka bocor di khalayak. Dari busana pengantin lelaki dengan tuksedo, pengantin perempuan dengan gaun pengantin putih, serta dikelilingi para lama atau biksu berbusana khas dalam warna maroon di depan sebuah zhong atau kuil, sadarlah para fans bahwa keduanya menjalin janji sehidup semati di Bhutan.
Dan salah satu pasangan selebritas asal Indonesia juga dikabarkan menikah di negeri ini pula. Saya jadi sempat membayangkan, tentunya suasana tenang serta khidmat kedua mempelai itulah yang bisa menjadi semacam garansi pemberian Bhutan bagi para pengantin untuk menikah di tanah indah ini.
Baca Juga: Robert Mugabe Wafat, Mobil Ini Temani Sampai Akhir Hayat
Laman berikutnya adalah budaya lokal seputar pernikahan dan kehidupan perkawinan. Pasti tiada yang menyangka ....
Dalam budaya Bhutan, ada dua pilihan tersedia bila Anda ingin menikah. Pertama adalah sistem perjodohan dan kedua adalah yang lebih natural, yaitu karena kedua belah pihak saling mencintai.
"Di masa lalu, memang pernikahan itu diatur, namun di masa kini, sebanyak 90 persen dilandasi oleh cinta," jelas Kindey Duba, pemandu lokal yang mendampingi saya dengan mobil sedan lansiran Hyundai.
Inti dalam seremoni pernikahan para pasangan Bhutanese adalah upacara pemberkatan yang dilakukan oleh pemuka agama setempat, lantas para kerabat memberikan semacam syal yang disebut "kha-dar" sebagai simbol harapan kehidupan pernikahan penuh kebahagiaan.
Selain itu juga diberikan beberapa hadiah, diteruskan acara bersantap dan aneka tarian yang berlangsung selama sehari, serta ditutup dengan makan malam bersama. Menu disediakan begitu banyak, tak jarang lebih dari 13 macam!
Yang unik, orang Bhutan diizinkan menikah berkali-kali selama hidup dan ketika cinta sudah terjalin, maka diizinkan tinggal bersama sembari menunggu proses seremoni pernikahan.
Saat Kindey Duba menjelaskan soal boleh menikah lebih dari sekali ini tentu menimbulkan rasa antara percaya tak percaya sekaligus terasa unik, mengingat banyak Bhutanese yang saat saya jumpai terlihat begitu malu-malu. Meskipun tetap ramah dan selalu mengucapkan "hello" kepada saya saat berpapasan di jalan. Ternyata .. mungkin saja ada di antara mereka sudah menikah beberapa kali meski selalu tersipu-sipu!
Bila ingin menyaksikan acara budaya seperti pernikahan dan bermacam kegiatan ritual, termasuk ulang tahun atau perayaan dibangunnya sebuah zhong, silakan datang di musim festival yang biasanya digelar sepanjang musim panas dan usim gugur. Seperti waktu sekitar sekarang ini.
Upacara pernikahan Bhutan bakal terasa indah dan meriah untuk disaksikan, karena mencakup banyak ritual keagamaan yang dipimpin para biksu dan lama Buddha. Ada ritual bernama Lhabsang atau pemurnian terhadap mereka yang akan berjanji mengikatkan diri dalam pernikahan.
Dilanjutkan penyalaan lilin atau butter lamp sebagai wujud penyalaan rumah bagi Pemberi Hidup, juga jiwa calon pengantin. Kemudian upacara Thrisor atau datangnya pengantin lelaki di hadapan pemuka agama, sampai pemberkatan pasangan yang baru menikah dan doa kepada Dewa Kelanggengan atau disebut upacara Tsepamey Choko. Dan sebagai penutup adalah acara Dhar Naynga, yaitu tarian topeng serta lagu-lagu rakyat.
Tak sebatas dilakukan oleh orang Bhutan asli, beberapa wisatawan yang ingin melakukan acara pertukaran cincin dengan kekasih, atau ingin menikah dengan adat Bhutan juga bisa dimintakan.
Yang paling indah, upacara pernikahan secara Bhutan tradisional ini akan memberikan kesempatan untuk memperbarui hubungan dan ikatan antara suami dan istri, membawa berkah, kebahagiaan, serta relasi abadi sepanjang hidup.
Laman berikutnya adalah souvenir khas Bhutan yang "wow" dan bikin wajah memerah.
Tak terasa, perjalanan bertiga bepergian menjelajahi Bhutan dengan sedan buatan Korea Selatan mesti berakhir. Selama perjalanan kami banyak mejumpai produk asal India (Maruti Suzuki), Jepang (Toyota), serta Korea Selatan (Hyundai) seperti Santa Fe, i20, EON, dan Getz, kini tibalah kembali ke Paro, untuk kembali ke Indonesia lewat Bangkok.
Driver dan pemandu lokal saya menawarkan bila ingin membeli cendera mata atau oleh-oleh, yang sangat banyak ragamnya. Mulai kain tenun, aneka gelang dan kalung, sampai ... miniatur (maaf) phallus, yang menjadi lambang salah satu dewa Bhutan berjuluk Divine Madman.
Terus terang disebut terakhir ini saya tolak dan buntutnya, sampai di Tanah Air, saat artikel soal Mr P dimuat, saya pun ditagih memberikan cendera mata satu itu.
Sampai jumpa lagi, Bhutan!
Catatan: artikel keempat dari empat bagian yang ditulis oleh Cherie (IG: never_stop_exploriiing, youtu.be/KS9tb5q3x2o) untuk kanal otomotif Suara.com