Projek Tanggap Bencana dari Sektor Otomotif Ini Bagus Diterapkan

Selasa, 10 September 2019 | 13:00 WIB
Projek Tanggap Bencana dari Sektor Otomotif Ini Bagus Diterapkan
Kabin Nissan LEAF dalam kondisi power on atau switch on engine, tanpa suara sama sekali, tetap hening dan senyap [Suara.com/ukirsari].
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Berbincang zaman now, menciptakan sebuah wahana atau peranti multi guna terasa manfaatnya. Hal ini bisa terasa, antara lain, bila menilik sosok sedan hatchback 5-seater Nissan LEAF.  Sebuah akronim dari Leading, Environmentally friendly, Affordable, Family.

Yup, karena mobil ini tak dirancang melulu buat mengaspal di jalan raya, namun bisa digunakan dalam kondisi darurat saat terjadi bencana alam.

"Dalam kondisi baterai penuh, Nissan LEAF bisa memasok listrik kebutuhan keluarga selama empat hari," papar Isao Sekiguchi, President Director PT Nissan Motor Indonesia, saat mengawal Suara.com dan para jurnalis melakukan test drive di Balai Kartini, Jakarta.

Logo zero emission pada Nissan LEAF [Suara.com/ukirsari].
Logo zero emission pada Nissan LEAF [Suara.com/ukirsari].

Ia melanjutkan bahwa saat ini sudah ada sekitar 7.000 unit Nissan LEAF dilengkapi peranti pengisian ulang baterai mandiri atau bukan stasiun, yang siap digunakan dalam kondisi darurat.

Baca Juga: Lima Alasan, Mengapa Charles Leclerc Layak Jadi Idola Baru di F1

Lebih detail disebutkan bahwa keberadaan Kendaraan Bermotor Listrik (KBL) di Jepang yang rawan bencana alam terbilang penting.

"Bisa kami tengok kembali pengalaman dalam negeri saat terjadi bencana alam tsunami. Karena Nissan LEAF bebas dari emisi gas beracun atau tanpa karbon monoksida, ia bisa diparkir di dalam shelter, bersama para pengungsi. Kemudian dengan kondisi tanpa listrik, karena terjadi kerusakan infrastruktur, baterai kendaraan inilah yang menjadi sumber daya selama berhari-hari," tukas Sekiguchi-san.

Masayuki Ohsugi, General Manager Research and Development PT Nissan Motor Indonesia berbincang soal e-Pedal dan baterai listrik Nissan LEAF dalam kondisi darurat [Suara.com/ukirsari].
Masayuki Ohsugi, General Manager Research and Development PT Nissan Motor Indonesia berbincang soal e-Pedal dan baterai listrik Nissan LEAF dalam kondisi darurat [Suara.com/ukirsari].

Ditambahkan oleh Masayuki Ohsugi, General Manager Research and Development PT Nissan Motor Indonesia, bahwa saat diluncurkan pada 2010, Nissan LEAF mengandalkan baterai dengan berkekuatan 24 atau 30 kiloWatt per jam.

"Kini mencapai 40 kWh, sehingga luaran atau output inverter juga ikut naik. Bila tadinya sebatas 80 kiloWatt, kini mencapai 110 kW," ujarnya seraya menambahkan bahwa di versi terbaru Nissan LEAF dilengkapi e-Pedal.

Dan fungsi e-Pedal sendiri adalah meningkatkan efisiensi dalam mengemudi, termasuk saat berkendara di perkotaan. Caranya, saat kaki menginjak pedal, tunggangan akan langsung melesat, namun saat injakan dilepas maka akan terjadi pengereman.

Baca Juga: Robert Mugabe Wafat, Mobil Ini Temani Sampai Akhir Hayat

Lebih lanjut disebutkan bahwa kubikasi mesin yang biasa digunakan dalam spesifikasi kendaraan konvensional sebagai "cc" atau "liter", pada Nissan LEAF menggunakan NEDC atau New European Driving Cycle. Yaitu satuan ukur untuk menilai tingkat emisi mesin mobil dan ekonomi bahan bakar pada mobil penumpang.

Saat melakukan test ride, Suara.com menggunakan Nissan LEAF dengan baterai 40 kWh 350V yang sanggup melahap jarak 270 km per 315 km (NEDC) atau 322 km (JC08) per pengisian daya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI