Suara.com - Menjelajahi keindahan alam dan budaya Bhutan ditemani driver Rinchen dan pemandu wisata Kindey Duba adalah salah satu pengalaman paling keren saya saat jalan-jalan ke negara berjuluk "The Land of Thunder Dragon" atau Druk Yul. Yul berarti negeri, sedangkan Druk artinya adalah sang naga petir atau thunder dragon, lambang nasional negara Bhutan.
Ketertarikan pertama saya akan Bhutan muncul saat menyimak potret raja dan ratu Bhutan, Yang Mulia Jigme Khesar Namgyel Wangchuck bergelar Druk Gyalpo dan permaisuri Jetsun Pema Wangchuck. Keduanya serasi, tampan dan cantik, benar-benar keluarga sempurna. Apalagi kini mereka dikaruniai seorang putra bernama Jigme Namgyel Wangchuck, yang bergelar putra mahkota Druk Gyalsey.
Sayangnya, ternyata dari Indonesia tidak ada cara mudah untuk bisa melakukan booking tiket, hotel, atau permohonan visa secara langsung. Semuanya mesti melalui agen perwakilan mereka dan tergantung dengan kuota kunjungan yang disediakan. Begitu pula dengan transportasi dan serta akomodasi, seluruhnya diatur pemerintah Bhutan. Jadilah saya apply merujuk kepada persyaratan itu, dengan biaya berkisar 200 – 300 dolar Amerika Serikat (AS) per orang per hari, sesuai musim dan festival yang tengah berlangsung di sana.
Baca Juga: Banjir Pengunjung GIIAS 2019, Teknologi Jadi Indikator Antusiasme
Laman berikut soal pengalaman bermobil di Bhutan yang tak pernah mengisi bensin. Kok bisa?
Setelah menginap semalam di Bangkok, Thailand, saya pun terbang ke Paro, gerbang masuk ke Bhutan. Hal yang harus dilakukan adalah menukar mata uang lokal, karena di kota tidak banyak tersedia money changer, meski ada ATM.
Perlu dicatat, negara ini adalah bebas rokok, bebas plastik dan sangat alami. Selaras konsep go green, maka toilet hanya menyediakan handuk, bukan kertas tisu.
Setelah pengambilan bagasi, di pintu keluar bandara sudah menunggu banyak pemandu lokal dan driver. Karena konsepnya, setiap turis memang wajib ditemani keduanya dalam kunjungan ke Bhutan.
Setelah berkenalan, saya dikalungi kain putih sebagai tanda welcome to Bhutan dan souvenir. Kesan akan pemandu dan driver adalah sangat ramah, mereka berbusana tradisional semacam kimono pendek, dengan kaos kaki panjang serta sepatu bertali. Sangat rapi.
Baca Juga: Kenalkan: Honda NSX, Peraih Special Exhibit Passenger Car GIIAS 2019
Pertama-tama saya diberitahu dan diperkenalkan seperti apa Bhutan, lantas kearifan lokal dan etika adat seperti berjalan sesuai arah jarum jam di lokasi bertanda keagamaan, do and don't, apa saja yang perlu dipersiapkan wisatawan, serta jadwal kunjungan atau itinerary. Hal satu ini, bisa disesuaikan dengan memperhatikan keterbatasan di Bhutan.
Lokal guide dan driver sangat membantu, karena udara lebih tipis dari Indonesia, disarankan untuk tidak membawa barang saat hiking. Pemandulah yang akan membantu membawa tas wisatawan serta air minum.
Apabila bepergian dalam group, saat hiking dan ada yang tidak mampu melanjutkan, maka pemandu akan menemani perjalanan, sementara driver akan menjemput yang berhenti.
Setiap pagi, mobil sudah dalam keadaan bersih dan ready. Driver akan mengisi bensin setelah diantar ke hotel, sehingga saat saya berada dalam mobil, tidak pernah ada kejadian mengisi bensin.
Di tengah perjalanan, saat akan berhenti untuk coffee atau tea break, driver dan guide akan duduk terpisah, namun apabila ingin duduk bersama bisa request.
Kearifan mereka yang saya rasakan, apabila kita berbuat sedikit kebaikan bagi warga setempat, mereka akan berbuat lebih baik lagi, Contohnya, saat saya pesan makan malam di hotel, saya memuji masakan mereka.
Keesokan harinya, mereka menyajikan menu yang saya suka dan saat kembali ke hotel mereka menyapa saya, dan kembali menyiapkan menu yang saya pesan pertama kali untuk dinner dan breakfast.
Atau contoh lainnya, saat saya mengundang guide dan driver untuk tea break, di hari berikutnya mereka akan membeli minuman lokal buat saya, di sepanjang perjalanan.
Laman berikutnya adalah kerennya alam Bhutan dan "Sarang Harimau" yang terkenal itu.
Bhutanese suka tersenyum dan ramah, Anda akan disapa sepanjang jalan dan diberi senyuman, menjadikan hati selalu happy.
Bhutan berada di antara China dan India, sehingga penduduknya berwajah khas mirip Negara Tirai Bambu, namun cara berbicara seperti orang India, yaitu menggoyangkan kepala.
Tempat-tempat bersejarah dan wisata alam yang saya kunjungi di Bhutan bersama driver Rinchen dan pemandu Kindey Duba antara lain adalah Thimphu, dengan patung Buddha Dortenma terbesar dari perunggu.
Lantas Punakha, setengah jam perjalanan, dengan terusan keren Dochula Pass setinggi 3.150 m di atas paras laut (dpl). Di sini kami menikmati pemandangan 108 stupa dan Druk Wangyel Lhakhang atau tempat peribadatan warga setempat. Dari Dochula Pass juga tampak rangkaian pegunungan Himalaya dan puncak tertinggi di Bhutan, Gangkhar Puensum yang belum pernah didaki orang, setinggi 7.570 m dpl.
Lalu Punakha Dzong, melihat salah satu jembatan gantung terpanjang di Bhutan dan tempat menarik untuk arung jeram.
Selanjutnya, nama yang sudah begitu terkenal yaitu Tiger's Nest atau Taktsang. Biara indah yang terletak di gigir tebing sisi atas Lembah Paro.
Semuanya indah dan menakjubkan. Mari ikuti terus pengalaman saya di artikel selanjutnya. Bermobil sambil tersenyum tersipu gara-gara simbol unik di seantero Bhutan.
Catatan: artikel pertama dari empat bagian yang ditulis oleh Cherie (IG: never_stop_exploriiing, youtu.be/KS9tb5q3x2o) untuk kanal otomotif Suara.com