Saat Listrik Padam, Lampu Lalu Lintas Kota Surabaya Tetap Beroperasi

Senin, 12 Agustus 2019 | 08:00 WIB
Saat Listrik Padam, Lampu Lalu Lintas Kota Surabaya Tetap Beroperasi
Pengendara kendaraan bermotor roda dua melintas di Jembatan Suramadu, Surabaya, Jawa Timur, Sabtu (10/8/2019). Menjelang Idul Adha 1440 Hijriah arus kendaraan bermotor roda dua yang menuju ke Pulau Madura terpantau ramai [ANTARA FOTO/Didik Suhartono/ama].
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Kejadian listrik padam yang di berbagai lokasi Jabodetabek bahkan mencakup tiga provinsi dan menembus durasi lebih dari enam jam tentulah mencemaskan. Dari sektor otomotif, paling mendasar adalah traffic light atau lampu lalu lintas. Kejadian tarik urat sampai semrawutnya jalan raya, antara mobil dan motor, tak terhindarkan.

Dikutip dari kantor berita Antara, Wali Kota Surabaya, Tri Rismaharini memiliki pengalaman agar wilayahnya tak melulu bergantung kepada sumber daya listrik pasokan PLN.

Wali Kota Risma tiba di Kongres PDIP dengan naik ojek online, Kamis (8/8/2019). (Suara.com/M Yasir)
Wali Kota Risma tiba di Kongres PDIP dengan naik ojek online, Kamis (8/8/2019). (Suara.com/M Yasir)

Sekitar 100 titik traffic light atau lampu lalu lintas di Kota Surabaya, Jawa Timur, menggunakan teknologi solar cell atau pembangkit listrik tenaga matahari. Diungkapkan oleh Bu Risma, begitu Arek-Arek Suroboyo menyapanya, pada pekan lalu (7/8/2019) menyatakan begini.  Bahwa selain traffic light, teknologi solar cell juga digunakan untuk penerangan jalan umum, rumah pompa, Terminal Purabaya, sekolah, hingga kantor instansi pelayanan publik.

"Selain bertujuan untuk meminimalkan saat gangguan listrik padam, teknologi ini juga bermanfaat untuk penghematan anggaran yang dikeluarkan Pemkot Surabaya," ujarnya.

Baca Juga: Dampak Listrik Padam, Pabrikan Otomotif Merugi

Bu Risma menyatakan, pengunaan solar cell di lingkungan Pemkot Surabaya dimulai pada 2016. Awalnya saat itu terjadi peristiwa angin puting beliung yang menerjang di sejumlah kawasan Kota Surabaya.

Imbasnya, sejumlah kantor instansi pemerintahan tidak bisa melayani karena aliran listrik terganggu akibat gangguan bersifat bencana alam ini.

"Selain itu sejumlah ruas jalan juga mengalami kemacetan lalu lintas akibat dari lampu traffic light yang tidak berfungsi dengan baik karena aliran listrik terganggu," imbuh Tri Rismaharini.

Oleh karena itu, ia memutuskan untuk menggunakan teknologi solar cell. Terbukti, hingga saat ini Pemkot Surabaya belum pernah mengalami kendala saat melayani warganya yang diakibatkan putusnya aliran listrik.

"Kami pasang (solar cell), sekarang ada 100 titik, sudah pasang hampir 70 persen," jelas wali kota perempuan pertama di Surabaya itu.

Baca Juga: Hore, Wuling Termasuk dalam 10 Brand Otomotif Ngetop Indonesia

Awalnya, Pemkot Surabaya harus mengeluarkan biaya sekitar Rp 1 juta per bulan untuk satu titik traffic light. Biaya itu digunakan untuk daya serta instalasi listrik. Namun sekarang, Pemkot hanya mengeluarkan biaya untuk sewa meteran sekitar Rp 90 ribu.

"Sebab, semua itu memang harus ada redundant atau back-up, tidak bisa hanya mengandalkan satu," ujar Bu Risma soal sumber listrik alternatif.

Selain memasang solar cell, kata dia, Pemkot Surabaya juga menambahkan genset pada rumah-rumah pompa yang tersebar di Kota Surabaya. Sebagai catatan, inilah fasilitas ini penting dalam mencegah banjir.

Saat ini, terdapat 56 titik rumah pompa yang dipasangi genset untuk mengatasi situasi apabila terjadi keterbatasan energi listrik.

"Jadi kami cover kalau listrik mati itu masih nyala, kemudian solar cell dan genset kami jaga supaya bisa tercover terus," pungkasnya.

Pengalaman Kota Surabaya mengalami listrik padam karena angin puting beliung dan kesiapan menghadapi keterbatasan listrik ini bisa dijadikan wacana daerah-daerah lainnya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI