Suara.com - Mengganti pelumas atau oli mesin menjadi salah satu aspek penting dalam merawat kendaraan. Rutin mengganti oli sesuai anjuran dinilai sebagai langkah preventif dalam mencegah mobil bermasalah saat sedang digunakan.
Pada pergantian oli, umumnya pemilik disarankan mengganti berdasarkan masa pakai ataupun jarak tempuh dalam satuan km (kilometer). Namun Founder Forum Komunikasi Klub dan Komunitas Otomotif Indonesia (FK3O), M Wahab menganjurkan, penggantian oli mesin sebaiknya tidak hanya mengacu pada km. Di mana interval penggantian oli di dalam buku petunjuk dari pabrikan sudah merujuk ke faktor safety.
"Mobil dengan pemakaian 5 ribu km dalam sebulan, tentu akan berbeda rekomendasi penggantian dengan mobil yang hanya dipakai 20 km. Ini berbeda karena artinya mobil tidak dipakai terus-menerus," ujar M Wahab, di Jakarta, Rabu (7/8/2019).
Selain itu, tambah M Wahab, suhu udara juga mempengaruhi interval waktu penggantian oli. Semisal mobil yang dipakai dalam kondisi suhu 40 derajat Celsius, dan suhu dingin 20 derajat Celsius tentu akan beda.
Baca Juga: Dampak Listrik Padam, Pabrikan Otomotif Merugi
Bahkan keadaan jalanan berdebu, akan beda dengan pemakaian di jalan aspal mulus.
Sehingga rekomendasi penggantian 5 ribu km bila mobil dipakai terus-menerus maka angkanya mesti diturunkan lagi saat melakukan penggantian.
"Dan yang bagus untuk kegiatan mengganti oli, selain jarak juga hours atau jam. Contohnya kalau mobil stop and go, mobil sering berhenti, artinya mesin akan lebih sering bekerja. Bila mengganti semisal 5 ribu km maka kita turunkan angka patokannya. Di bawah 5 ribu," saran M Wahab.
Namun, lanjutnya, bila jalan lancar terus, ganti oli sesuai dengan patokan standar atau tidak perlu dilebihkan. Hal ini tidak masalah.
"Saya sendiri mengacunya, pokoknya setiap enam bulan meski belum mencapai (km) oli harus ganti. Jadi mana yang lebih dulu, antara bulan atau jarak," tutup M Wahab.
Baca Juga: Pajak Sedan Direvisi, Pelaku Industri Otomotif Mestinya Tersenyum!