Suara.com - Touring menunggangi sepeda motor terbaru nan gagah sudah menjadi kegiatan mainstream di kalangan penggemar otomotif. Tapi kalau touring naik motor antik seperti Honda C70 alias Pitung tentunya sebuah pengalaman baru.
Sekelompok pemuda asal Yogyakarta yang menamakan dirinya sebagai Pitung Rangers unjuk gigi. Para petualang yang digawangi Andreas, Bayu, Yulius, Zen, Ridwan dan Shandy itu berhasil menembus batas, mewarnai sudut Kota Yogyakarta dan kota lainnya bersama motor kesayangan Honda C70 seperti jargon yang diusung.
Berawal dari kecintaan akan motor pitung dan sama-sama hobi traveling, Pitung Rangers terbentuk sejak Desember 2016 tepatnya saat para petualang nekat itu berwisata ke Gunung Bromo, Jawa Timur. Melihat kendaraan mereka yang berwarna-warni, secara spontan mereka mengindentikan diri seperti Power Rangers sampai tercetus nama Pitung Rangers.
Selain memiliki tampilan berwarna-warni, kendaraan setiap anggota pun bervariasi asalnya. Ada yang yang memang kendaraan keseharian, kepunyaan sendiri yang sengaja dibeli sampai warisan dari orangtua. Tapi kalau soal tahun lansiran, motor pitung yang digunakan merupakan keluaran 1974-1979.
Baca Juga: Dibeli di Diler Mobil, Inilah Motor Antik Milik Susi Pudjiastuti
Menariknya, meski dikenal sebagai petualang Pitung Rangers punya pantangan. Dalam setiap perjalanan, mereka bertekad menyusuri jalanan yang belum banyak dilewati orang alias jalur anti mainstream serta mendatangi tempat yang memiliki pemandangan bagus demi eksistensi.
“Sebagai petualang kita senang datang ke lokasi yang belum banyak dikunjungi orang dan melewati jalanan yang nggak biasa. Terus cari pemandangan bagus biar bisa foto-foto motor bukan orangnya,” tutur Andreas, ketua Pitung Rangers saat ditemui Suara.com di kawasan Jalan Mangkubumi, Yogyakarta pada Minggu (30/6/2019).
Meski mengaku jarang kopi darat, Pitung Rangers hampir setiap bulan melakukan touring baik di dalam Kota Yogyakarta sendiri atau ke daerah lain. Sudah belasan kota mereka datangi misalnya saja ke Bandung, Surabaya, Malang, Kediri, Gunung Bromo, Magelang dan yang paling jauh Madura.
Pitung Rangers membuktikan kalau motor antik sekelas Honda C70, bisa digampol sampai jauh. Hal itu tentunya dipengaruhi oleh modifikasi yang telah dilakukan masing-masing anggota. Andreas menuturkan kalau motor mereka telah dirombak mesinnya, namun bodinya tetap dipertahankan.
“Soal tampilan tidak ada yang diubah, semua dipertahankan biar tetap terkesan sebagai motor klasik. Paling mesinnya saja yang dirombak dan giginya (transmisi) diubah jadi 3,5 dan warnanya dipoles jadi menarik,” jelas pria yang juga hobi fotografi itu.
Baca Juga: Ditolak Dakwah Di Kafe Karena Naik Honda C70, Gus Miftah Beli Moge
Nyatanya, sebuah fakta mengejutkan juga terungkap. Dalam sekali perjalanan touring, motor Pitung dengan kapasitas 4 liter cukup irit bensin. Seperti diakui Bayu, anggota Pitung Rangers yang mengaku hanya menghabiskan kocek sekitar Rp 160.000 untuk membeli bensin, pulang-pergi (PP) Yogyakarta ke Madura pada 2018 lalu.
“Bensin pitung irit banget. Kita cuma ngabisin Rp 100 ribuan sekali perjalanan. Punyaku sih yang paling boros Rp 160.000 pas touring ke Madura. Kalau yang lain paling Rp 100.000-120.000,” tuturnya.
Mewarnai hampir seluruh sudut khususnya yang ada di Yogyakarta dan Jawa Timur, Pitung Rangers tentunya mendapat banyak pengalaman, mulai dari yang menggelikan sampai menyeramkan. Seperti saat tersesat di Trenggalek, Jawa Timur dalam perjalanan pulang dari Madura. Mereka yang pantang balik arah, akhirnya bisa menemukan jalan pulang setelah mengikuti rombongan orang.
“Saat itu kita balik dari Madura jam 01.00 WIB. Di tengah hutan dan pegunungan malam hari kita tersesat. Posisi kita benar-benar dekat sama bintang. Kita yang nggak mau balik arah, masing-masing diam karena ngeri. Untungnya, bisa ketemu rombongan orang dan keluar hutan,” ungkap Bayu.
Tak kalah membuat deg-degan, ketua Pitung Rangers juga menceritakan kalau dirinya pernah dimarahi polisi. Insiden itu terjadi saat ia dan teman-teman tengah memotret motor pitung kesayangan di depan Tugu, Yogyakarta. Ia diminta polisi untuk memindahkan motor kesayangan.
“Pas itu pernah foto di tengah-tengah Tugu. Kebetulan jalanan masih sepi karena jam 05.30 WIB pagi. Tapi malah dicegat polisi suruh minggir,” tandasnya.
Pun kalau ditanya soal kendala yang pernah dialami soal motor saat perjalanan, Pitung Rangers untungnya tak pernah mengalami hal menyusahkan. Mesin motor mereka tetap prima karena rajin dicek, dicuci dan dirawat.
"Sampai sekarang nggak pernah sih ngalamin motor mogok atau masalah mesin. Mentok-mentok paling kehabisan bensin," ungkap Andreas.
Tak hanya dikenal nyentrik dengan aksi dan motor klasiknya, Pitung Rangers juga punya ciri khas lho. Mereka menciptakan keranjang khusus sebagai tempat penyimpanan barang-barang yang dipasang di bagian belakang motor. Saking lucunya, keranjang itu menarik minat orang diberbagai daerah sehingga diperjual belikan secara online dengan harga Rp 200.000.
Menurut pengakuan Ridwan yang juga anggota Pitung Rangers, keranjang itu awalnya digunakan untuk sendiri tapi tak disangka malah membuat orang pengen.
“Dulu pas touring ke Bandung, buat keranjang untuk sendiri. Tapi ternyata malah dilirik banyak orang. Hampir saat wisata, ada saja orang yang pengen dan mau beli. Yaudah kita jual belikan lewat online,” ujar Ridwan.
Anggota Pitung Rangers pun punya agenda dalam waktu dekat, mereka ingin touring ke Cirebon, Jawa Barat untuk menghadiri acara Honda Club Indonesia (HCI). Selain itu, Pitung Rangers bisa juga diajak untuk memeriahkan acara seperti perayaan Agustusan sampai pernikahan. Motor-motor unik mereka bisa dijadikan pemanis dalam acara tersebut.
Kalau soal anggota, sementara ini Pitung Rangers solid dengan enam sampai tujuh anggota. Meski begitu, mereka dengan senang hati menyambut para petualang yang ingin touring bareng mewarnai sudut kota dengan motor klasik, Honda C70.