Soal BBM ... Ternyata Butuh Waktu 10 Tahun untuk Diproduksi

Rabu, 26 Juni 2019 | 14:20 WIB
Soal BBM ... Ternyata Butuh Waktu 10 Tahun untuk Diproduksi
Logo Shell di sebuah kota di Thailand. Sebagai ilustrasi [Shutterstock].
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Bahan Bakar Minyak (BBM) hingga saat ini masih menjadi kebutuhan utama kendaraan, baik mobil maupun motor, di sektor pemakaian pribadi sampai komersial. Belum lagi untuk kebutuhan dunia aviasi atau penerbangan. Namun sepertinya belum banyak tahu berapa lama proses pengolahan minyak bumi untuk menjadi BBM bagi kendaraan.

Suasana pengisian bahan bakar umum (BBM) di SPBU Shell. (Suara.com/Achmad Fauzi)
Suasana pengisian bahan bakar umum (BBM) di SPBU Shell, Jakarta [Suara.com/Achmad Fauzi].

Andreas Schaefer, pakar perminyakan atau fuel scientiest dari Shell Global Solutions mengatakan, butuh waktu yang cukup lama untuk menghadirkan sebuah produk.

"Untuk menciptakan sebuah jenis bahan bakar cukup rumit prosesnya. Pengerjaan produk bahan bakar bisa mencapai 10 tahun," ujar Andreas Schaefer, dalam acara Shell Media Workshop, di Shangri-la Hotel, Jakarta, Rabu (26/6/2019).

Ia menambahkan, untuk menghasilkan produk dibutuhkan riset mulai dari teori sampai menjadi sebuah barang yang bisa digunakan para konsumen atau pengguna. Jadi, bukan sekadar bahan bakar yang bisa menyalakan api di dalam mesin pembakaran.

Baca Juga: Warganya Gemar Kegiatan Otomotif, Polres Tapin Siapkan Ini

Selain itu, dalam setiap pembuatan produk begitu banyak scientist atau ahli alias pakar yang terlibat dalam pengembangan bahan bakar.

"Kadang dalam beberapa hal hasilnya bisa berbeda di setiap negara. Jadi banyak sekali melibatkan ilmuwan," terang Andreas Schaefer.

Terakhir Andreas Schaefer berharap, dengan banyaknya ilmuwan yang terlibat mampu menjawab kebutuhan bahan bakar di berbagai negara.

"Dengan kemampuan riset banyak negara, kami berharap bisa lebih dapat menjawab kebutuhan mesin modern. Kalau di Asia Pasifik pusatnya di Shanghai, termasuk untuk Indonesia," tutup Andreas Schaefer.

Baca Juga: Seru, Penyuka Otomotif Bisa Nonton MXGP dengan Harga Terjangkau

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI