Suara.com - Para pengguna sarana transportasi point-to-point dengan kendaraan roda dua atau sepeda motor yang kerap disebut ojek online atau ojol tengah disuguhi tarif istimewa. Yaitu adanya diskon atau potongan harga. Hal ini menjadi polemik karena menciptakan perang tarif antaroperator ojol.
Pengamat Kebijakan Publik, Haryadin Mahardika meminta agar pihak terkait untuk mengatur perang tarif diskon yang terjadi pada operator ojol. Pasalnya, banyak pihak yang merugi jika perang diskon tarif itu terjadi.
"Kalau kita tidak mengatur persaingan ini, tidak tepat pada akhirnya, yang merugi banyak pihak," demikian dipaparkan Haryadin Mahardika dalam sebuah diskusi di Restoran Beautika, Jalan Abdul Muis, Jakarta Pusat, Jumat (21/6/2019).
Haryadin Mahardika, juga seorang ekonom Universitas Indonesia menuturkan, jika perang tarif diskon itu dibiarkan, maka akan timbul persaingan tak sehat.
Baca Juga: Asyik, Honda Luncurkan Skutik Rp 17 Jutaan Bernama Genio
Apalagi, sambungnya, di Indonesia hanya dua pemain saja yaitu Gojek dan Grab. Sehingga, kalau salah satu pemain sangat kuat pendanaannya, maka bisa "membunuh" pemain lainnya.
"Ini baru akan berakhir kalau salah satu menyatakan tidak sanggup lagi. Itu bisa saja terjadi pada salah satu operator, karena tinggal dua pemain. Bukan tidak mungkin," tandasnya.
Karena itu, Haryadin Mahardika mengingatkan kepada regulator dalam hal ini Kementerian Perhubungan, untuk kembali fokus mengatur perang tarif diskon tadi.
"Benar-benar harus menjadi fokus regulator. Karena pasar Indonesia satu-satunya di Asia Tenggara yang masih sehat. Kalau sudah tidak sehat lagi, benefitnya tidak ada," pungkasnya.
Baca Juga: Ultah Jokowi, Banyak Diunggah Potret Presiden Naik Motor dan Sepeda