Suara.com - Mobil listrik terus digadang sebagai mobil masa depan. Oleh karena itu tak heran bila produsen otomotif terus berlomba untuk mengembangkan mobil non-emisi atau tidak menggunakan Bahan Bakar Minyak (BBM) ini.
Namun, Poyry sebuah lembaga survei asal Norwegia, beberapa saat lalu memaparkan hasil studi tagihan listrik di negara itu. Disebutkan bahwa tagihan listrik dalam 20 tahun ke depan bisa naik sekitar NOK (Norwegian Krone) 11 miliar atau setara Rp 18 triliun.
Lonjakan ini adalah dampak dari kebijakan pemerintah setempat yang terus mendorong penggunaan mobil listrik.
"Jika ada kegiatan rumah tangga yang menggunakan tenaga listrik, pengisian daya paling mungkin dilakukan sore hari. Namun dalam hal ini dibutuhkan biaya NOK 11 miliar yang mesti dibayarkan olej semua pelanggan," ujar Kjetil Ingeberg, Direktur Poyry, seperti dikutip dari Reuters.
Baca Juga: Fans Otomotif yang Mendarat di Bologna, Bersiaplah Jatuh Cinta!
Namun, Kjetil Ingeberg mengatakan, pemilik mobil listrik di Norwegia bisa menekan biaya tagihan listrik kendaraan mereka. Melakukan pengisian daya baterai mobil di malam hari mampu menekan biaya jaringan baru, sampai mendekati angka nol.
Sedangkan pengisian daya pada sore hari dan hanya ketika baterai benar-benar kosong memerlukan biaya di atas NOK 4 miliar.
"Semua konsumen listrik akan mengalami kenaikan tagihan listrik karena pengisian electric vehicle (EV) yang tidak mungkin terpisah," tegasnya.
Langkah penggunaan mobil serba listrik adalah tujuan dari pemerintah Norwegia untuk mengakhiri penjualan mobil berbahan bakar fosil pada 2025. Di mana jumlah kendaraan listrik di Norwegia saat ini mencapai 220.000 unit dari total 2,7 juta unit kendaraan.
Sementara Poyry memperkirakan ada sekitar 1,9 juta mobil listrik pada 2040 dengan daya gabungan tahunan sekitar dari 5 Tera watt jam (TWh).
Baca Juga: Industri Otomotif Alami Perubahan, Startup Jadi Andalan