Suara.com - Harley Davidson dikabarkan harus menghadapi situasi yang tidak mengenakkan bagi perusahaan. Pasalnya hampir sebagian besar tenaga kerja di pabrik mereka menolak untuk melakukan perpanjangan kontrak.
Alhasil hal ini berdampak terhadap produksi sepeda motor yang mulai terhambat, di tengah angka penjualan yang sedang turun.
Dalam hal ini, pekerja mulai memprotes status quo selama istirahat makan siang mereka. Bahkan sumber anonim mengatakan, saat ini pekerja masih ditawari kondisi yang sama dengan kontrak sebelumnya. Namun belum ada kesepakatan untuk sebuah kontrak baru.
Dikutip dari RideApart, sumber juga mengatakan, kontrak telah ditolak bukan karena uang, tetapi karena verbage dalam perjanjian yang diperbarui itu sangat buruk ketika menyangkut poin-poin tertentu.
Baca Juga: Harley-Davidson Ternyata Punya Motrik Sejak 1978
Di mana banyak aturan yang dinilai para pekerja tidak sesuai dan hanya akan menyulitkan para karyawan. Untuk itu, Harley Davidson dan pekerja pabrik saat ini sedang berdiskusi untuk mencari jalan tengah terkait persoalan yang terjadi.
Sebagai informasi, tahun lalu Harley Davidson sendiri telah mengumumkan penutupan pabrik di Kansas City dan akan membuka fasilitas pabrik di Thailand. Hal tersebut terpaksa diambil akibat kebijakan yang dilakukan oleh pemerintah AS.
Ditengah penjualan yang merosot, kebijakan yang ada dinilai sangatlah tidak mendukung. Kondisi ini juga menjadi kekhawatiran para karyawan terhadap kelangsungan bisnis perusahaan.