Bus listrik MAB berkapasitas 24 kursi dengan empat tempat duduk prioritas disabilitas, ibu hamil, serta lansia. Secara keseluruhan bus itu punya kapasitas 60 penumpang.
Bus itu berbekal mesin Lithium Fenno Phosphabe (LiFePo) dengan daya 259 kWh, serta tenaga maksimum 268 hp. Interval pengisian baterai adalah tiga jam dengan jarak jelajah sejauh 300 km untuk sekali pengisian. Satu bus dipasangi 12 baterai.
"Kami membatasi kecepatan laju bus 70 km/jam meskipun kecepatan bus bisa mencapai lebih dari 100 km/jam. Torsinya udah 0 karena tidak menggunakan bahan bakar dan ketika pedal ditekan bisa langsung melaju," katanya.
Keuntungan penggunaan bus listrik selain mengurangi emisi adalah biaya operasional yang lebih hemat.
Leonard membeberkan jika satu kilometer perjalanan bus berbahan bakar fosil membutuhkan biaya Rp100 ribu, bus listrik hanya berbiaya Rp 30.000.
Terkait limbah baterai, peranti yang sudah tidak terpakai bisa digunakan untuk keperluan industri rumah tangga, misalnya solar sel dan berbagai kebutuhan lainnya.
"Kami akan mengganti baterai yang sudah berusia lima tahun. Laju bus pun akan lebih halus dan tidak berisik," kata dia.
Namun, bus listrik masih menyisakan persoalan yang harus dipenuhi seperti stasiun pengisian daya listrik.
Direktur Utama PT Transjakarta Agung Wicaksono mengatakan stasiun pengisian daya untuk bus listrik hanya terdapat dua stasiun di kawasan Pulo Gadung, Jakarta Timur.
"Sudah ada dua unit pengisian daya (charging station) yang merupakan hasil kerja sama dengan operator di pool mereka di Pulo Gadung, Jakarta Timur," kata Agung. [Antara]