Suara.com - Saat masih berada di bawah payung General Motors (GM), perusahaan otomotif Opel hengkang dari Federasi Rusia pada 2015. Alasan yang mendasari keputusan cabut ini adalah terjadinya depresiasi mata uang yang berbuntut kepada sulitnya produk-produk mereka untuk tumbuh kompetitif di Negara Beruang Merah.
Kini, setelah ditangani oleh Groupe Peugeot S.A atau PSA Group yang bermarkas di Perancis dan menaungi berbagai merek, mulai Peugeot, Citroen, DS, dan Vauxhall mulai 2017, Opel yang berkedudukan di Hesse, Jerman pun bersiap-siap kembali ke Rusia.
Dikutip dari kantor berita Antara pada pekan silam (14/3/2019), Opel akan menggunakan pabrik Kaluga, di Rusia untuk menggarap produknya mulai kuartal keempat 2019. Rencananya ada dua model yang dibuat di situ, dan satu lagi didatangkan dari sebuah pabrik di Eropa, untuk diperdagangkan di pasar otomotif Negara Beruang Merah.
Selain itu, Opel juga menyatakan sebuah komitmen untuk senantiasa mengenalkan produk-produk barunya secara berkesinambungan di Rusia.
Baca Juga: Jejak Kejahatan Pelaku Penembakan di Utrecht, Mengutil hingga Merampok
"Rusia merupakan pasar yang besar. Dan kami menganggap negara ini penting, karena posisinya yang strategis lagi pula menarik dengan beragam potensi," jelas Michael Lohscheller, Kepala Eksekutif Opel, sebagaimana dikutip Antara dari Reuters (14/3/2019).
Sementara dikutip dari Business Insider, Singapura, disebutkan bahwa PSA Group memiliki 70 persen aset dari pabrik yang berkapasitas total sebesar 125 ribu kendaraan per tahun. Sementara sisanya sebesar 30 persen dimiliki oleh Mitsubishi.
Sebagai catatan, pada 2018, pabrik Kaluga memproduksi 38.108 unit Peugeot, Citroen, dan Mitsubishi. Sementara merek Opel sendiri telah diluncurkan PSA Group di Ukraina pada 2018, dan 2019 di Rusia. Dengan ekspansi itu, diharapkan posisi grup otomotif terbesar Eropa sekaligus dunia ini semakin kuat di kawasan Eurasia pada 2021.