Mendag: Industri Otomotif Indonesia Siap di Persaingan Internasional

Rabu, 27 Februari 2019 | 19:00 WIB
Mendag: Industri Otomotif Indonesia Siap di Persaingan Internasional
Presiden Jokowi menghadiri prosesi pengiriman Mitsubishi Xpander ke Filipina di Jakarta, Rabu (25/4/2018). Sebagai ilustrasi [Suara.com/Manuel Jeghesta Nainggolan].
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Industri otomotif Tanah Air, dinilai Menteri Perdagangan (Mendag) Enggartiasto Lukita telah mempersiapkan diri dalam menghadapi persaingan perdagangan internasional di era industri 4.0.

Hal ini terungkap saat Mendag menjadi pembicara di Universitas Wijaya Kusuma Surabaya (UWKS), Selasa (26/2/2019). Pertama-tama, dalam bahasannya disebutkan bahwa perdagangan di era industri 4.0 penuh dengan ketidakpastian. Terbukti dengan adanya perang dagang antara Amerika Serikat dan China, serta dampak keluarnya Britania Raya dari Uni Eropa atau dikenal sebagai Brexit yang diprediksi membuat kondisi perekonomian dunia menurun.

Akan tetapi, seperti dikutip dari kantor berita Antara, Enggartiasto Lukita menyatakan, "Industri kita siap menghadapi. Industri otomotif dan tekstil telah menyiapkan diri dan melakukan perubahan yang cukup besar. Sementara industri elektronik juga sudah mulai. Kita adalah tempat yang menarik bagi investasi."

Khusus untuk industri pertanian, Mendag mengakui bahwa teknologi pertanian dari Thailand sudah cukup maju, namun bukan berarti Indonesia tidak bersiap dalam sektor itu.

Baca Juga: Syahrini Jelang Menikah : Takdir yang Sudah Allah Gariskan di Hidupku!

"Yang pasti, kita tidak usah berkecil hati karena impor mayoritas dari bahan baku dan bahan modal. Ini menunjukkan bahwa pertumbuhan investasi meningkat, baru dinikmati tahun-tahun depan," ujarnya.

Untuk itu, Enggartiasto Lukita meminta agar impor bahan baku dan bahan modal jangan dihalangi, karena memang bahan-bahan inilah yang diperlukan.

"Presiden Joko Widodo selalu memberi catatan bahwa ketergantungan akan bahan baku harus segera diatasi atau dibuat industri pengganti," imbuhnya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI