Suara.com - Berkenaan dengan bakal diputuskannya kebijakan ekonomi Britania Raya tanpa terlibat dalam Uni Eropa yang disebut sebagai Britain Remain or Britain Leave atau Brexit, dampaknya bakal terasakan di dunia otomotif negara-negara bersatu ini.
Paling kentara, untuk produksi dalam negeri kebanggaan Britania Raya, seperti Jaguar Land Rover (JLR), dan Rolls - Royce. Beberapa komponen yang biasanya didapatkan dari negara-negara mitra Eropa kini mesti didapatkan sendiri karena kebijakan impor dan ekspor bakal berbeda dengan Eropa daratan.
Senada dengan beberapa manufaktur luar negeri, beberapa yang terkuat adalah dari Jepang, seperti Toyota, Nissan, dan Honda. Kebijakan Brexit melahirkan keputusan atau memicu pemikiran untuk hengkang dari Britania Raya.
Lantas bagaimana di bidang balap, utamanya jet darat atau Formula One (F1)? Sebagai catatan, F1 adalah salah satu cabang olah raga otomotif yang dilahirkan di tanah Inggris.
Baca Juga: Nggak Banyak yang Tahu, 4 Pasang Idol K-Pop ini Ternyata Bersaudara
Dikutip kantor berita Antara dari Reuters (19/2/2019), disebutkan bahwa Toto Wolff, pimpinan tim F1 Mercedes - AMG Petronas di Sirkuit Catalunya, Barcelona, Spanyol, menyatakan bahwa Brexit adalah sebuah mimpi buruk. Pasalnya tim ini bermarkas di Inggris, salah satu dari negara-negara bersatu Britania Raya.
Mirip yang terjadi dengan manufaktur otomotif di Britania Raya, komponen-komponen tim F1 Mercedes - AMG Petronas juga ada yang didatangkan dari Eropa, utamanya Jerman.
"Gangguan di perbatasan atau terhadap akses akan sangat merugikan industri balap jet darat di Britania Raya," imbuh Toto Wolff, asal Austria yang beristrikan Susie Stoddart Wolff, pebalap dan tester F1 asal Skotlandia.
Ia pun menambahkan, bahwa untuk tenaga kerja saja, tim ini menyerap sumber daya manusia dari 26 negara. Tak saja soal kemungkinan pengiriman komponen terhambat, kondisi karyawan pun mungkin mengalami kendala.
Sebagai catatan, kondisi free movement untuk para pemegang paspor Uni Eropa mungkin bakal terkena imbas dengan putusan Brexit. Artinya mereka, termasuk para pekerja di sektor F1 dan manufaktur otomotif tidak lagi bebas bekerja di semua negara di daratan Eropa yang bergabung dalam Uni Eropa.
Baca Juga: Baru 26 Tahun, Ini Rekor Memukau Marc Marquez
Sementara dari Asosiasi Industri Motorsport, disebutkan bahwa industri otomotif Inggris memiliki pendapatan sekitar GBP 9 miliar serta mampu menyerap tenaga kerja sampai 41 ribu orang.