Suara.com - Inilah semangat pantang menyerah yang diberikan dari seorang rider alias pengemudi ojek online alias ojol. Bukan sembarang ojol, inilah Difa Bike, sebuah agensi layanan angkutan bermotor yang dioperasikan penyandang difabel.
Pertemuan Sugiyono dengan Difa Bike berawal dari pergaulannya dengan perkumpulan difabel di Sleman, ia bertemu dengan pendiri Difa Bike, Triyono (34 tahun).
"Saya awalnya dikenalkan teman saya dengan Mas Triyono, terus dari awal tertarik kemudian bergabung sejak awap berdiri 2015," kata Sugiyono kepada Suara.com.
Setiap harinya Sugiyono berangkat dengan sepeda motor yang sudah dimodifikasi ke kantor Difa Bike sekitar 10 km, ia pergi sekitar pukul 08:00 WIB atau sesuai dengan pesanan dari pelanggan.
Baca Juga: Caplok Hutan Lindung Secara Ilegal, Freeport Kena Denda Rp 460 M
Pelanggannya pun beragam mulai dari pemijat tuna netra hingga wisatawan asing yang menggunakan jasa city tour Yogyakarta yang ditawarkan oleh Difa Bike. Setiap hari minimal satu pelanggan yang menggunakan jasanya.
Sugiyono mengaku sejak bergabung dengan Difa Bike, kemampuan dan wawasannya semakin bertambah dengan berbagai program yang disiapkan manajemen Difa Bike seperti kursus Bahasa Inggris untuk melayani turis asing.
"Semenjak kerja di sini, selama empat tahun saya merasa lebih mengembangkan kemampuan saya, motor yang dulu cuma dimodif sederhana sekarang motor dari sini lebih nyaman untuk bonceng, ada juga les bahasa Inggris," jelas Sugiyono.
Pria kelahiran 14 November 1984 itu bercerita pernah mengalami kejadian unik saat mengangkut turis asing saat mereka justru saling belajar bahasa masing-masing.
"Saya dulu pernah, sudah les bahasa Inggris terus ketemu penumpang orang Barat, dia malah mau belajar bahasa Jawa dengan sepanjang empat jam city tour dari Tugu ke Alun-alun Selatan, saya juga jadi belajar bahasa Inggris dengan dia," ujar Sugiyono sambil tertawa.
Baca Juga: Manchester United Resmi Tunjuk Ole Gunnar Solskjaer sebagai Caretaker
Ya, bagi Sugiyono, memiliki keterbatasan fisik bukan berarti harus menyerah dengan keadaan. Sebagai penyandang difabel dari desa Sidomoyo, Sleman, Yogyakarta, ia memang bertekad memilih menjadi pengemudi ojek difabel bersama paguyuban Difa Bike.
Laman kedua adalah kisah masa lalu Mas Sugiyono sebelum menjadi pengemudi ojol Difa Bike.
Sugiyono yang menyandang polio sejak lahir, harus menerima kenyataan tangan kanannya tidak bisa digerakkan secara maksimal. Ia sempat mengenyam pendidikan meski hanya sampai sekolah dasar di desanya.
Setelah itu, Sugiyono memutuskan untuk berhenti sekolah dan membantu orang tua mencari nafkah dengan menggarap lahan pertanian dan menggembala bebek milik tetangganya.
Belasan tahun menjadi petani, Sugiyono banting setir menjadi pengemudi ojek bersama Difa Bike, sebuah penyedia jasa ojek online dengan pengemudi difabel yang sudah berada di Yogyakarta sejak 1 Desember 2015.
Sugiyono mengatakan dalam satu bulan ia bisa mendapatkan uang sekitar Rp 700 - 800 ribu dari pekerjaannya kini sebagai pengemudi Difa Bike. Meski angka itu berada di bawah upah minimum kota (UMK) Yogyakarta, Sugiyono tetap bersyukur bisa menjalani pekerjaan yang menghidupi ia dan istrinya yang juga seorang difabel.
"Sekitar Rp 700 - 800 ribu satu bulannya, Alhamdullilah cukup untuk saya dan istri berdua," ucapnya.
Sugiyono dan pengemudi ojek online difabel Difa Bike lainnya setiap hari melayani antar-jemput orang dan barang, mereka juga menyediakan jasa city tour untuk berkeliling kota Yogyakarta.
Dalam satu kali order, Difa Bike menerapkan tarif 5 km pertama Rp 5000, kilometer selanjutnya dikenakan tambahan Rp 2500 per km. Sementara untuk city tour, tarif dimulai dari Rp 100.000 dengan tiga rute yang sudah disiapkan.
Mari bertemu dengan Sugiyono dan rekan-rekannya, lewat layanan Difa Bike yang tersedia di Yogyakarta.