Suara.com - Puluhan taksi di Kota Batam berbaris rapi di kawasan Batam Centre, mulai November 2018. Inilah satu-satunya lokasi Stasiun Pengisian Bahan Bakar Gas (SPBG) yang ada di kota itu. Sekaligus cikal-bakal penyaluran tenaga biru di kota terdepan di wilayah barat Indonesia.
Energi biru yang bersih menjadi visi pemerintah setempat dalam menarik lebih banyak wisatawan ke Batam.
Abdullah, seorang pengemudi taksi mengaku dengan Rp 50 ribu, bisa beroperasi seharian mengantar wisatawan keliling Batam. Dengan harga Rp 4.500 setara liter premium (LSP), ia mampu menghemat hingga ratusan ribu per bulan, dibandingkan menggunakan premium.
"Saya merasakan bagaimana teknologi mempermudah hidup manusia," imbuh Syaiful, rekan Abdullah sesama pengemudi, yang telah memasang "converter" gas di sedan biru sejak setahun terakhir.
Baca Juga: Catat Halte TransJakata Ini Terintegrasi ke Stasiun MRT
Gigih Prakoso, Direktur Utama PT PGN Tbk menyatakan bahwa energi yang digunakan menggerakkan taksi-taksi itu bersumber dari gas bumi.
Gas bumi memiliki perbedaan dengan Liquified Petroleum Gas (LPG), namun banyak masyarakat yang belum memahami perbedaan ini.
Direktur Utama PT PGN Tbk menjelaskan bahwa gas bumi berasal dari hasil eksplorasi kilang sumur gas. Komponen utama senyawa gas ini adalah metana (CH4), molekul hidrokarbon paling pendek dan ringan dibandingkan jenis gas lain.
Karena berat jenisnya lebih ringan dari udara, sehingga ketika terjadi kebocoran gas akan menuju atas serta bergerak bebas ke udara. Lain dengan LPG (Elpiji) yang berat jenisnya lebih besar, sehingga akan terkumpul ke bawah jika terjadi kebocoran. Gas bumi lebih memiliki karakter ramah lingkungan dan tidak menimbulkan polusi, selain itu harga jualnya lebih murah, yakni sepertiga dari elpiji.
"Untuk itu gas bumi jauh lebih aman dan murah dibanding dengan jenis yang sama lainnya," jelasnya.
Baca Juga: Canggih, Samsung Kembangkan Koneksi Vehicle to Everything
Batam, kata Gigih Prakoso akan menjadi proyek percontohan dalam kesuksesan penggunaan gas bumi. Pola yang berhasil diterapkan di Batam akan diterapkan di wilayah lainnya di Indonesia, terutama wilayah barat.
Salah satu investasi terbesar perusahaan dengan kode emiten PGAS pada tahun lalu di Provinsi Riau, dengan total nilai mencapai 70 juta dolar Amerika Serikat (AS) mulai memberikan hasil.
Pipa transmisi sepanjang 67 km di kawasan pesisir barat Sumatera, di daerah industri Duri-Dumai, Riau, mulai dialiri gas. Keberadaan pipa itu menjadi sejarah baru dalam penyediaan gas bumi dalam menyongsong ketersediaan energi bersih nan biru.
"Ini sejalan dengan komitmen kami untuk menyalurkan energi baik bagi masyarakat," kata Sekretaris perusahaan PT PGN Tbk, Rachmat Hutama.
Nantinya,katanya lagi, setelah penyaluran gas perdana ini tidak mengalami gangguan maka PGN akan melanjutkan penyaluran gas bumi kepada konsumen PGN.
Kabar menggembirakan ini harapannya akan lebih kencang menyapa dunia otomotif Tanah Air, sehingga perpindahan penggunaan bahan bakar minyak bumi ke energi biru bisa semakin mulus. [Antara]