Suara.com - Berangkat dari permasalahan lingkungan, mobil bermesin diesel lambat laun mulai ditinggalkan. Alhasil mobil bermesin diesel di Eropa mengalami penurunan drastis pada paruh pertama 2018.
Hal ini juga tidak lepas dari peran pemerintah setempat yang mulai membatasi mobil berbahan bakar konvensional. Sehingga nilai jual kembali alias penjualan second hand atau mobkas (mobil bekas) bermesin diesel semakin anjlok.
"Ketidakpuasan terhadap mobil bermesin diesel menyebar ke seluruh Eropa," demikian penjelasan International Energy Agency (IEA), seperti dikutip dari Reuters.
Berdasarkan data IEA, pangsa pasar penjualan mobil diesel di Uni Eropa turun menjadi 36,5 persen pada paruh pertama 2018. Di mana angka ini merosot dari 42,5 pada paruh pertama 2017.
Baca Juga: Suap Meikarta Bupati Bekasi, Jabar Minta Pemkab Tetap Layani Desa
Penjualan turun 16 persen selama periode menjadi 3,12 juta unit mobil. Adapun Inggris mengalami penurunan sebesar 30 persen.
Sementara untuk Jerman, yang merupakan markas mobil diesel terbesar di dunia, juga mengalami penurunan 31,1 persen dari total semester pertama 2018.
Hasil ini berdampak terhadap permintaan bahan bakar yang ikut merosot menjadi 115.000 barel per hari, pada Agustus 2018 dibandingkan bulan sebelumnya.
Sedangkan kota-kota besar seperti Berlin, London, dan Paris dengan tegas membuat larangan pengoperasian mobil diesel untuk mengurangi polusi.
Kebijakan-kebijakan itulah yang kemudian membuat pemasaran mobil bermesin diesel perlahan menurun, dengan efek berlanjut kepada berkurangnya pemintaan bahan bakar solar. Mungkin suatu saat bakal lenyap secara total?
Baca Juga: Akhiri Puasa Gol di Timnas Inggris, Begini Perasaan Sterling