Hadapi Brexit: Aston Martin Pastikan Eksis di Pasar Nasional

Jum'at, 31 Agustus 2018 | 07:30 WIB
Hadapi Brexit: Aston Martin Pastikan Eksis di Pasar Nasional
Salah satu ruang pajang Aston Martin di Park Lane, London [Shutterstock].
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Nama Aston Martin sebagai salah satu produsen otomotif roda empat (R4) premium asal Britania Raya semakin mengilap saat tokoh James Bond mempopulerkannya ke seluruh dunia lewat film Goldfinger (1964), dengan menunggang Aston Martin DB5.

Kini, saat kondisi perekonomian nasional Britania Raya dikhawatirkan menjadi lesu akibat putusan Britain Exit atau Brexit, Aston Martin menepis kekhawatiran dengan pernyataan bahwa mereka akan tetap menjadi bagian inti dari dunia otomotif negeri sendiri. Demikian dikutip dari harian The Guardian, Inggris.

Dengan perusahaan yang telah berusia 105 tahun, produk senantiasa turut memberikan nuansa khas Britania Raya saat ditampilkan dalam serial James Bond, Aston Martin memberikan pernyataan bahwa keputusan Brexit bukanlah sebuah ancaman. Hal ini tentu saja berkebalikan dengan sudut pandang mayoritas industri otomotif Inggris soal keputusan angkat kaki dari Uni Eropa (EU) mulai Maret 2019.

Salah satu langkah yang ditempuh Aston Martin adalah penjualan 25 persen dari sahamnya melalui daftar publik di Bursa Efek London dan mungkin juga ditambah New York, sehingga memungkinkan mereka berinvestasi dalam volume produksi yang lebih besar dan terus melahirkan produk-produk baru.

Baca Juga: Krisis Venezuela, Brasil Kirim Pasukan Penjaga Perbatasan

Rincian lengkap dari penjualan saham akan dipublikasikan pada 20 September, dan kesempatan dibuka seluas-luasnya. Siapa saja yang memenuhi persyaratan bisa mengajukan permohonan untuk membeli saham. Hal ini termasuk publik, kelompok, atau perorangan.

"Dan kami ingin menanamkan pengertian kepada para peminat, bahwa Bursa Efek London adalah tempat yang tepat untuk memulai investasi, merupakan kumpulan modal global yang sesungguhnya, dan bisa disebut menetapkan standar tata kelola tertinggi," papar Mark Wilson, Chief Financial Officer Aston Martin.

Lahir dari sebuah bengkel kecil di London pada 1931 oleh Robert Bamford dan Lionel Martin, perusahaan ini pernah ditopang pemodal Italia dan kelompok investor yang berbasis di Kuwait.

Kini di bawah pimpinan eksekutif Andy Palmer, pendapatan perusahaan mengalami peningkatan sebesar delapan persen di paruh pertama 2018, yaitu menjadi GBP 445 juta. Harapan di tahun ini adalah mampu memasarkan antara 6.200 - 6.400 unit mobil mewah, setelah tahun lalu mencapai penjualan sebesar 5.098 unit atau tertinggi kurun sembilan tahun.

Sampai saat ini, Aston Martin berproduksi dengan komposisi material sekitar dua pertiga bagian dari Eropa dan sisanya berasal dari Inggris sendiri. Produksi terbarunya adalah tipe sport Aston Martin Vantage yang diproduksi di Gaydon, Warwickshire, England. Kemudian DBS Superleggera, sebuah super-GT dengan kecepatan maksimum mencapai 340 km/jam dan kemampuan berakselerasi dalam 3,4 detik.

Selain itu, Aston Martin juga membangun sebuah pabrik baru di negara tetangga sesama Britania Raya; Wales, untuk kebutuhan mobil listrik bebas emisi Lagonda Vision.

Baca Juga: Bonus Peraih Medali Asian Games 2018 Bakal Cair September

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI