Suara.com - Aksi Presiden Joko Widodo atau Jokowi di balik sebuah naked bike saat akan membuka opening ceremony Asian Games 2018 masih terus diperbincangkan warganet serta para penggemar otomotif.
Yamaha FZ1 yang dikendarai dari Istana Negara menuju Stadion Utama Gelora Bung Karno (SUGBK), Jakarta ini dikenal dengan nama sama, Yamaha FZ1 untuk pasar Amerika Serikat, atau Yamaha FZ1-S Fazer untuk kawasan Eropa. Produknya sendiri adalah versi naked bike atau model telanjang tanpa fairing.
FZ1 yang dibesut Kepala Negara NKRI ini adalah generasi kedua setelah FZ1 di Amerika Serikat serta FZS1000 Fazer untuk pasar Eropa, dan diproduksi sejak 2006. Spesifikasi teknisnya terdiri dari rangka baja tubular aluminum metallic-mold cast frame dan aluminum die cast untuk bagian arm.
Sementara dapur pacu adalah hasil modifikasi mesin Yamaha YZF-R1 versi 2004. Yaitu mesin DOHC empat silinder segaris 20 katup berpendingin cair, kapasitas 1.000 cc. Rasio bahan bakar tergolong ekonomis, sekitar 8L per 100 km. Sedangkan tenaga yang dihasilkan mencapai 146 daya kuda dengan torsi maksimal mencapai 106 Nm.
Yamaha FZ1 yang tampil bersama Presiden Jokowi di SUGBK adalah milik Paspampres atau Pasukan Pengamanan Presiden, masuk ke Indonesia secara utuh atau Completely Built Up (CBU) mulai 2010, untuk menggantikan motor Paspampres versi lama, yaitu Yamaha FZ8.
Sayangnya, di Amerika Serikat produksi Yamaha FZ1 sudah masuk masa diskontinu pada 2015 dan di Eropa posisinya digantikan oleh FZ-10 dari kelas hyper naked. Sementara di Inggris, naked bike Yamaha FZ1 produksi 2015 masih bisa dijumpai dengan harga GBP 6,700 atau sekitar Rp 128 juta.
Lepas dari fungsi sehari-hari Yamaha FZ1 sebagai tunggangan Paspampres yang mengawal kepala negara maupun para tamu VVIP, skenario Presiden Jokowi beraksi dengan naked bike ini memang hits.
Betapa tidak, seksinya motor tanpa fairing itu mampu membuat Sang Presiden maupun stuntman bergerak lincah. Termasuk dalam adegan jumpa mendadak dengan Bajaj. Rangka baja tubular yang ringan namun paten menjamin gerakan tak terbatas. Mampu mendistribusikan bobot sekitar 50 persen di roda depan, sehingga stabil di saat mesti menikung pun meliuk serta menginjak pedal rem.
Di sisi lain, seperti dilansir dari Ride Apart, dengan tampil naked atau versi standar tanpa fairing juga kaca depan, membuat sang pengendara bisa lincah dan semakin leluasa di balik kemudi, karena tak terjadi dorongan balik dari angin yang bertiup dari arah depan.
Penjelasan teknisnya, ketiadaan fairing membuat kinerja mesin lebih optimal, bahkan motor sanggup melaju lebih ringan dan cepat.
“Ibaratnya seperti berselancar,” begitu disebutkan Ride Apart. “Kegiatan street riding bakal semakin paten bila memilih jenis naked bike. Jenis ini menjanjikan fun riding!”