Suara.com - Singapura, untuk lima kali berturut-turut, dinobatkan sebagai kota dengan biaya hidup termahal di dunia karena tingginya biaya memiliki mobil di negara kecil tersebut.
Dalam survei yang digelar oleh Economist Intelligence Unit (EUI) dan dirilis Kamis (15/3/2018) itu, disebut bahwa biaya memiliki satu unit sedan di Singapura bisa menguras kantong hingga 76.000 dolar atau sekitar Rp1 miliar per tahun.
Singapura, dalam daftar EUI itu, mengalahkan Paris dan Zurich (yang masing-masing berada di urutan dua). Di urutan empat ada Hong Kong, lalu disusul Oslo di urutan lima.
Seoul dan Jenewa duduk di urutan enam, sementara Kopenhagen di urutan delapan, Tel Aviv di urutan sembilan, dan akhirnya Sydney di peringkat 10.
Meski menyediakan beberapa subsidi, Singapura "masih menjadi tempat termahal untuk membeli dan memiliki sebuah mobil," tulis EUI dalam laporannya.
Memiliki mobil di Singapura memang tak mudah. Negara itu berhasil mencegah kemacetan di jalan-jalan utamanya dengan mengendalikan kepemilikan mobil.
Caranya dengan menetapkan sistem kuota, yang di dalamnya setiap pembeli mobil wajib membayar pengurusan sertifikat kepemilikan yang kini harganya nyaris mencapai 40.000 dolar Singapura atau sekitar R400 juta. Biaya ini masih di luar harga mobil itu sendiri.
Itu artinya, membeli sebuah sedan biasa di negeri itu bisa menguras kantong hingga 100.000 dolar Singapura atau sekitar Rp1 miliar.
Lebih lanjut, menurut survei EUI, kota-kota di Asia lebih mahal biasanya karena harga kebutuhan sehari-hari yang lebih tinggi. Sementara kota-kota di Eropa mahal karena biaya rekreasi, hiburan, serta kesehatan yang tinggi.
Adapun kota dengan biaya hidup paling murah terletak di negara-negara yang sedang dilanda krisis serta perang. Misalnya di Damaskus, Suriah; Caracas, Venezuela; Lagos, Nigeria; dan Karachi, Pakistan. (AFP)