Suara.com - Penjualan mobil di Indonesia pada 2018 mendatang diperkirakan turun, meski para pelaku dan pengamat ekonomi meyakini bahwa perekonomian Tanah Air akan bertumbuh lebih tinggi ketimbang tahun ini.
"Tahun depan, kalau lihat pasar otomotif, prediksinya turun 4-5 persen," kata Executive General Manager PT. Toyota Astra Motor, Fransiskus Soerjopranoto, dalam End Year Gathering Toyota, pertengahan Desember kemarin di Jakarta.
Adapun transaksi jual-beli mobil nasional pada 2017 ini dipercaya setop di sekitar 1,06 juta unit.
Padahal, kondisi ekonomi makro tahun depan sendiri dipercaya lebih baik dibanding di 2017, harga komoditas sera perkebunan membaik, dan proyek infrastruktur sedang gencar dilakukan. Namun, ada beberapa alasan yang mendasari analisis Soerjopranoto.
Pertama, dia melihat bahwa tahun politik yang terjadi pada 2018, alih-alih berdampak positif seperti yang diharapkan, malah berpotensi memberikan pengaruh sebaliknya.
"Kalau dulu, kami bisa katakan pengaruhnya bisa positif ke industri otomotif karena waktu itu kalau lagi kampanye orang banyak yang membeli mobil. Tapi, sekarang orang saat kampanye beli mobilnya sedikit. Kami sudah cek, berapa kali pilkada, trennya enggak se-booming tahun-tahun sebelumnya," paparnya.
Alasan lainnya ialah berlanjutnya pengetatan kredit otomotif dan tertahannya daya beli, sehingga tren negatif di pasar otomotif di 2017 yang lesu masih bakal berlanjut. Menurut Soerjopranoto, pengetatan daya beli menghantam pembeli mobil di kelas bawah, sementara tertahannya daya beli menghambat pembelian mobil di kelas menengah ke atas.
"Pemerintah tahun ini bilang pertumbuhan ekonomi 5,1-5,2 persen. Tahun depan pemerintah targetkan pertumbuhan ekonomi lebih bagus, 5,3-5,4 persen. Tapi pelaku industri semua pesimistis, semua bilang negatif. Berarti ada sesuatu di pasar. Kalau saya bilang, orang masih taruh duit di bawah bantal," terang dia.
"Coba perhatikan, simpanan uang di bank yang di atas Rp5 M naik. Ini tandanya orang-orang masih menahan (konsumsi)," sambung Soerjopranoto.
Pasar roda empat Tanah Air di 2018, masih ada peluang untuk naik dari tahun ini. Syaratnya, kata pejabat Toyota ini, adalah jika pabrikan-pabrikan banyak yang merilis mobil di kelas menengah ke atas.
"Ternyata konsumen sekarang dibagi dua. Ada konsumen segmen bawah, ada yang di segmen menengah atas. Segmen menengah atas itu sekarang lagi tunggu dan lihat produk baru. Jadi, kalau ada produk baru, mereka mau beli," jelas dia.
"Konsumen segmen bawah sebenarnya tetap mau beli mobil. Ada yang misalnya ingin berpindah dari motor ke mobil. Tapi yang jadi permasalahan adalah dukungan finansialnya. Non performing loan (NPL) lagi tinggi, leasing sangat selektif," tandas Soerjopranoto.
Gawat, Pasar Mobil 2018 Diperkirakan Turun! Alasannya?
Sabtu, 30 Desember 2017 | 18:08 WIB
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News
BERITA TERKAIT
Indonesia Anjlok, Pasar Mobil Malaysia Melejit
17 Mei 2024 | 00:00 WIB WIBREKOMENDASI
TERKINI
Otomotif | 14:34 WIB
Otomotif | 14:30 WIB
Otomotif | 14:08 WIB
Otomotif | 13:14 WIB
Otomotif | 12:00 WIB
Otomotif | 10:49 WIB
Otomotif | 00:10 WIB