Astra Apresiasi Para Inovator Muda Indonesia yang Tak Tersorot

Rabu, 18 Oktober 2017 | 15:19 WIB
Astra Apresiasi Para Inovator Muda Indonesia yang Tak Tersorot
Para penerima Satu Indonesia Award 2017 berfoto bersama di Jakarta, Rabu (18/10). [Suara.com/Insan Akbar Krisnamusi]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Siapa sangka, di pelosok-pelosok Indonesia ada pemuda-pemudi inovatif yang berkontribusi untuk Indonesia dalam diam, tanpa sorotan dan bahkan tanpa pamrih. Pemuda-pemudi ini yang kembali diangkat PT. Astra International (AI) melalui Satu Indonesia Award 2017.

Satu Indonesia Award 2017 merupakan pagelaran edisi kedelapan. Terdapat lima kategori individu (Kesehatan, Pendidikan, Lingkungan, Kewirausahaan, Teknologi), dan satu kategori kelompok.

Presiden Direktur AI, Prijono Sugiarto, mengatakan bahwa jumlah para pendaftar telah meningkat hingga 30 kali dibanding saat pariwara ini digelar pertama kali pada 2010.

"Saat itu (2010) pendaftarnya 120 orang. Tahun ini, jumlah pendaftarnya naik 38,5 persen dari 2016 menjadi  3.234 orang. Jumlah itu kalau dibagi 120, kan, 30 kalinya," kata Prijono dalam kata sambutannya di acara penghargaan Satu Indonesia Award 2017, Rabu (18/10/2017) di kantor pusat AI di Sunter, Jakarta.

AI, menurut Prijono, menjelaskan bahwa Satu Indonesia Award selalu berusaha mencari para pemuda di berbagai daerah di Indonesia yang inovatif dan memiliki sumbangsih bagi masyarakat.

"Mereka-mereka ini tidak pernah terekspos oleh siapapun. Beberapa orang bekerja untuk terpublikasikan, terkenal, mereka ini boro-boro ternama, terpublikasikan saja tidak," ujar Prijono.

Para pemenang Satu Indonesia Award 2017 dipilih oleh dewan juri yang beranggotakan Dosen Ilmu Lingkungan Pascasarjana Universitas Indonesia, Emil Salim; Menteri Kesehatan Nila Moeloek; Wakil Menteri Pendidikan 2010-2012 Fasli Jalal; Pendiri Institut Bisnis dan Kerakyatan Tri Mumpuni; dan Pakar Teknologi Informasi Onno W. Purbo.

Salah satu dewan juri, Emil Salim, menjelaskan bahwa anak-anak daerah yang dijangkau dalam Satu Indonesia Award 2017 semakin meluas seperti ke Tambolaka, Nusa Tenggara Timur dan ke Bengkulu.

"Hal menarik lainnya adalah prakarsa yang dilakukan tanpa sadar akan ada yang akan memberi penghargaan. Mereka melakukan tanpa maksud untuk diberikan penghargaan," tukas Emil.

Kategori Kesehatan, di Satu Indonesia Award 2017, dimenangi oleh dua orang. Keduanya ialah Ronaldus Asto Dadut dari Tambolaka, NTT serta Triana Rahmawati dari Solo, Jawa Tengah.

Ronaldus ialah seorang relawan edukasi preventif bahaya perdagangan perempuan di Tambolaka karena permasalahan ekonomi serta adat-istiadat yang mendiskreditkan perempuan. Ia pun mendirikan Jaringan Relawan untuk Kemanusiaan (J-RUK) Sumba sejak 2012.

Triana, di sisi lain, adalah pendiri Griya Schizofren di Solo untuk mendampingi mereka yang memiliki masalah kejiwaan tanpa bayaran.

Di kategori Pendidikan, yang mendapat apresiasi tahun ini ialah Jamaluddin, pendiri Rumah Koran di Gowa, Sulawesi Selatan untuk mengurangi jumlah buta huruf di sana. Bidang Lingkungan, sementara itu, dimenangi oleh Ritno Kurniawan, pemuda yang mengarahkan para pembalak liar di hutan adat Gamaran di Padang Pariaman, Sumatera Barat menjadi pemandu wisata dan pelindung hutan.

Kategori Kewirausahaan dimenangi Anjani Sekar Arum, perempuan asal Batu, Jawa Tengah yang mempopulerkan batik Bantengan hingga ke luar negeri serta mengajarkan anak-anak perempuan setempat membatik.

Kategori Teknologi sendiri dimenangi Bambang Sardi dari Palu, Sulawesi Tengah yang berhasil membuat dan mengajarkan pembuatan minyak kelapa kepada dengan metode fermentasi anaerob kepada masyarakat setempat. Penduduk lokal yang awalnya cuma menjual buah kelapa berharga murah pun kini dapat terangkat kesejahteraannya dengan menjual minyak kelapa.

Mereka semua mendapatkan hadiah uang Rp60 juta. Jumlah ini naik dibandingkan hadiah tahun lalu senilai Rp55 juta.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI