Nissan Siap Luncurkan Mobil Listrik Note e-Power di Indonesia

Sabtu, 26 Agustus 2017 | 15:31 WIB
Nissan Siap Luncurkan Mobil Listrik Note e-Power di Indonesia
Nissan Note e-Power. (Foto: dok.Nissan Motor Corporation)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Satu per satu mobil berteknologi rendah emisi gas buang yang bakal diluncurkan para pabrikan di Indonesia terkuak. Setelah Toyota memastikan akan meluncurkan C-HR hibrida, Nissan mengungkapkan kini sedang bersiap meluncurkan mobil listrik Note e-Power.

Pemerintah Indonesia kini memang ingin mulai mengembangkan mobil rendah polusi di Indonesia. Saat ini, pemerintah sedang menyusun regulasi low carbon emission vehicle (LCEV) yang mengatur insentif pajak untuk mobil-mobil hibrida dan listrik.

Toyota, di ajang Gaikindo Indonesia International Auto Show (GIIAS) 2017, 10-20 Agustus di Serpong, Tangerang, memublikasikan bahwa C-HR hibrida bakal menjadi model pertama yang didatangkan dengan memanfaatkan insentif pajak dari pemerintah, tahun ini atau kuartal satu tahun depan. Tak lama berselang, giliran Nissan yang buka-bukaan.

"Kami memiliki Note e-Power dan kami tinggal menunggu aturan pemerintah. Begitu aturannya settle, kami akan memperkenalkannya," kata Wakil Presiden Direktur Pemasaran dan Penjualan PT. Nissan Motor Indonesia (NMI), Davy J. Tuilan, saat memberi kata sambutan dalam acara 'Nissan Datsun Intelligent Customer Day 2017', Jumat (25/8/2017) malam di Jakarta.

Note e-Power saat ini baru diproduksi dan dijual di Jepang. Kendaraan ini merupakan hatchback Nissan dengan teknologi listrik unik hasil pengembangan Nissan yang dinamakan e-Power.

e-Power memiliki sistem penggerak yang mengandalkan motor listrik plus baterai listrik. Akan tetapi, baterai listrik tersebut disuplai tenaganya oleh mesin bensin konvensional yang sama sekali tak berhubungan dengan sistem penggerak. Teknologi ini membuat mobil listrik Nissan tak memerlukan stasiun pengisian daya listrik.

e-Power sendiri sudah dipamerkan dan dipresentasikan Nissan di Tanah Air melalui GIIAS 2017 kemarin.

Dalam wawancara selepas acara, Davy menjelaskan bahwa di awal kehadiran Note e-Power, mereka bakal memanfaatkan peluang yang diberikan oleh pemerintah untuk mengimpor mobil ramah lingkungan secara utuh (Completely Built-Up/CBU) terlebih dahulu karena pasar mobil berbahan bakar alternatif di negeri ini belum terbentuk.

Meski begitu, Nissan memiliki komitmen untuk melakukan lokalisasi produksi begitu volume penjualan Note e-Power mencukupi.

"(Kapan dirakit di Indonesia) ujung-ujungnya tergantung dari aturan pemerintah. Kalau insentif pajak yang diberikan pemerintah agresif, kami bisa lebih cepat membentuk volume penjualan dan segmen teknologi e-Power ini akan cepat mengumpulkan volume penjualan. Hal itulah yang akan memengaruhi keputusan Nissan untuk melakukan perakitan lokal atau tetap memanfaatkan peluang yang diberikan pemerintah untuk CBU," papar Davy.

Note e-Power sendiri saat ini baru diproduksi di Jepang. Akan tetapi, Nissan membuka peluang untuk kelak merakitnya di basis-basis produksi Nissan yang lain demi mendatangkannya ke Indonesia, sesuai dengan skema insentif pajak dalam aturan LCEV kelak.

"Sebenarnya kalau CBU bisa dari mana saja. Sebenarnya tergantung bagaimana insentif pajaknya. Kami harus lihat dulu, keringanan pajak yang diberikan sourcingnya dari mana. Jangan-jangan cuma untuk AFTA (ASEAN Free Trade Agreement). Itu yang harus diklarifikasi," ucap General Manager Strategi Pemasaran NMI, Budi Nur Mukmin.

Sebagai informasi, di kala Indonesia berpikir menciptakan pasar mobil hibrida dan mobil listrik, Thailand justru berambisi menjadi basis produksi untuk mobil dengan kedua teknologi ini. Thailand telah siap memberikan tax holiday bagi pabrikan yang merakit mobil hibrida atau listrik mereka di sana.

Lebih lanjut, Presiden Direktur NMI, Eiichi Koito, menegaskan bahwa Nissan sangat siap menyambut regulasi mobil listrik di Indonesia karena mereka adalah pabrikan nomor satu dalam penjualan dan pengembangan mobil listrik global. Mereka punya teknologi listrik murni maupun teknologi listrik unik yang tak memerlukan stasiun pengisian daya listrik seperti e-Power.

"Bagaimana pun situasi di Indonesia, kita bisa dukung regulasi LCEV di sini," ujar Koito.

 

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI