Suara.com - Tahun ini, Toyota genap 30 tahun melakukan aktivitas ekspor kendaraan utuh (Completely Built-Up/CBU) dari Indonesia. Salah satu pabrikan terbesar dunia itu kini mengincar perluasan ekspor dari Tanah Air ke negara-negara berkembang yang diramalkan bakal menjadi pendorong permintaan pasar mobil global di masa depan.
Toyota, melalui paparan mereka dalam konferensi pers pada Jumat (28/7/2017) malam di Jakarta, menjelaskan bahwa aktivitas ekspor mobil dari Indonesia dimulai dengan mengirimkan Kijang ke Brunei Darussalam pada 1987. Kini, mereka sudah mengekspor sembilan model yaitu Fortuner, Vios, Kijang Innova, Yaris, Sienta, Avanza, Rush, Town/Lite Ace, serta Agya.
Total volume ekspor kendaraan CBU Toyota selama 30 tahun sudah lebih dari 1,1 juta unit. Adapun nilai ekspor mereka, baik yang CBU, kendaraan terurai, maupun komponen, mencapai 19 miliar dolar AS (sekitar Rp250 triliun).
"Ekspor kita kan sekarang 87 persen (dari total volume ekspor mobil CBU Indonesia), mendekati 90 persen. Kontribusi nilai ekspor kami terhadap nilai ekspor mobil Indonesia juga sekitar itu kira-kira," klaim Presiden Direktur PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMMIN), Warih Andang Tjahjono, di sela-sela konferensi pers.
Ia kemudian membeberkan bahwa neraca perdagangan internal Toyota di Tanah Air surplus. Artinya, model-model yang dipasarkan di Nusantara lebih banyak yang diproduksi di dalam negeri daripada yang diimpor. Pada 2014 menurutnya, neraca perdagangan Toyota surplus 400 juta dolar AS (sekitar Rp5,33 triliun).
"Kami ingin neraca perdagangan mencapai tiga kali lipat di 2019, dibandingkan di 2014. Jadi kami ingin neraca perdagangan 1,2 miliar dolar AS (Rp15,99 triliun) di 2019," terang Warih.
Disebutkan, Toyota hingga saat ini sudah mengekspor mobil CBU ke 14 negara. Negara-negara tersebut adalah Malaysia, India, Filipina, Thailand, Taiwan, Vietnam. Kemudian ada Oman, Bahrain, Uni Emirat Arab, Saudi Arabia, Qatar, Laos, Kamboja, serta Myanmar.
"Sekarang pasar yang tumbuh itu kan Asia, Afrika khususnya Afrika Utara, kemudian Amerika Tengah dan Amerika Selatan. Kami akan fokuskan ekspansi ke area-area yang tumbuh itu. Persaingannya besar, jadi kami secara proaktif (melakukan) studi mengenai area-area itu agar ekspor kita makin meningkat," ungkap Warih.
Warih menjelaskan, saat ini Toyota juga sedang menggodok rencana ekspansi model baru yang bakal diekspor pada 2020 ke atas. Mereka baru bakal ketuk palu mengenai itu pada akhir tahun depan.
Direktur Administrasi, Korporasi dan Permasalahan Eksternal TMMIN, Bob Azzam, menambahkan bahwa dari perspektif pertumbuhan dan permintaan pasar, Eropa dianggap telah lewat masa kejayaannya.
"Kita lebih baik fokus pada negara-negara prospektif di masa depan, yaitu negara-negara berkembang seperti Indonesia, Thailand, India. Itu pasar-pasar besar yang akan tumbuh. Kalau mau konsentrasi, konsentrasilah ke pasar-pasar otomotif masa depan," tegasnya.
Di antara negara-negara prospektif yang diucapkan Bob ialah negara di sekitar Sungai Mekong yang dijuluki 'Mekong Country'. Australia juga dinilai masih berpotensi.
"Kami fokuskan ke negara-negara yang ada perjanjian perdagangan bebas," sambung Bob.
Ekspor CBU Toyota sendiri, di semester satu 2017, dilaporkan mencapai 99 ribu unit, atau naik 18 persen dibanding periode yang sama tahun lalu. Kontributor terbanyak ialah Fortuner (33 ribu unit), diikuti Vios (15 ribu), Kijang Innova (6 ribu), serta Yaris dan Sienta (4 ribu).
Selain itu, masih ada model-model seperti Avanza, Rush, Town/Lite Ace, serta Agya, yang secara akumulatif menyumbang 41 ribu unit.
30 Tahun Ekspor dari Indonesia, Toyota Siap Perluas Pasar
Sabtu, 29 Juli 2017 | 19:03 WIB
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News
BERITA TERKAIT
BYD Pastikan Bawa Masuk Denza ke Pasar Indonesia Tahun Depan
29 November 2024 | 17:30 WIB WIBREKOMENDASI
TERKINI
Otomotif | 21:25 WIB
Otomotif | 20:30 WIB
Otomotif | 19:32 WIB
Otomotif | 19:11 WIB
Otomotif | 18:10 WIB
Otomotif | 17:42 WIB
Otomotif | 17:30 WIB
Otomotif | 16:50 WIB
Otomotif | 16:32 WIB