Suara.com - Wuling yang tak lama lagi meluncurkan model perdana di Indonesia, langsung memilih segmen terpopuler sekaligus terkejam di Tanah Air yakni low multi purpose vehicle (LMPV). Memasuki pasar yang dikuasai pabrikan-pabrikan Jepang, Wuling punya banyak tantangan jika ingin sukses.
Model LMPV Wuling, seperti telah diberitakan sebelumnya, akan diproduksi di pabrik bernilai Rp9,3 triliun di Cikarang, Bekasi, dan bakal meluncur pada kuartal ketiga tahun ini. Mobil yang di Cina bernama Hong Guang S1 tersebut nantinya bertarung dengan model-model yang menjadi tulang punggung pabrikan-pabrikan Jepang di negeri ini seperti Toyota Avanza, Daihatsu Xenia, Honda Mobilio, Suzuki Ertiga.
"Sulit, tapi bukannya tidak bisa," kata Pengamat Otomotif Bebin Djuana mengenai Wuling dalam diskusi Media, Jumat (21/4/2017) sore kemarin di Jakarta.
Bebin mengatakan, Wuling masuk di pasar yang menjanjikan, tapi telah lama menjadi 'taman bermain' bagi merek-merek Jepang. Banyak tantangan yang harus dilalui oleh Wuling untuk mendapatkan atensi dan kepercayaan konsumen Indonesia.
Yang pertama adalah dari sisi produk. "Untuk masyarakat Indonesia, sisi styling penting banget dan masyarakat Indonesia sangat update dengan styling-styling terkini. Contohnya saat masyarakat Eropa sudah mulai update dengan day-time running light, saya lihat saat masih di Hyundai Indonesia melihat kalau Kia sudah bisa jual lebih banyak banyak daripada Hyundai karena Hyundai telat pakai DRL," papar Bebin.
Selanjutnya adalah isu pemosisian harga atau pricing. "Kalau cuma beda Rp10-30 juta (dari kompetitor Jepang) harapan tipis," tegas Bebin.
Selanjutnya adalah bagaimana meyakinkan konsumen mengenai masalah penjualan dan purnajual. Wuling harus mampu menimbulkan rasa percaya konsumen terhadap kemudahan layanan purnajual.
Wuling juga perlu berinvestasi dengan nilai tak sedikit untuk membangun fasilitas purnajual yang tak cukup hanya diler dan bengkel tapi juga parts shop. "Mereka kan kalau ingin membeli berpikir juga servisnya di mana," lanjut Bebin.
Satu lagi keunikan dari para pembeli mobil di Indonesia adalah sangat mempertimbangkan harga jual kembali (resale value) saat memilih kendaraan. Wuling perlu memutar otak agar harga jual kembali produk mereka nanti dinilai cukup baik.
Bebin, kala masih di Hyundai Indonesia, pernah coba mengakalinya lewat program buyback guarantee. Akan tetapi, bagaimana pun harga jual kembali tetaplah ditentukan volume penjualan dan pasar mobil bekas.
"Bahkan untuk merek yang sudah mapan pun, ketika ada satu model yang belum bisa jual lebih banyak, lupakan soal resale value," tuturnya.
Wuling bukannya tak punya kesempatan yang bisa dimanfaatkan. Bebin menilai, Wuling masuk di momen tepat, saat pasar mobil mengalami stagnasi dan pabrikan-pabrikan Jepang mapan pun melakukan perang harga.
Wuling, menurut dia, harus bisa bermain di harga jual dan memanfaatkan kesempatan saat pabrikan-pabrikan Jepang sedang mengencangkan ikat pinggang dengan melakukan reduksi pengeluaran di beragam sektor.
Saingi Avanza-Mobilio, Ini Tantangan yang Dihadapi Wuling
Minggu, 23 April 2017 | 11:46 WIB
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News
BERITA TERKAIT
Sosok Toyota Avanza Misterius Bikin Geger, Kok Pakai Tenaga Listrik?
21 Desember 2024 | 08:00 WIB WIBREKOMENDASI
TERKINI
Otomotif | 15:10 WIB
Otomotif | 14:31 WIB
Otomotif | 13:47 WIB
Otomotif | 13:29 WIB
Otomotif | 13:15 WIB
Otomotif | 11:50 WIB
Otomotif | 20:00 WIB
Otomotif | 19:00 WIB
Otomotif | 18:42 WIB