Mobil Gas, Teknologi Alternatif Termurah bagi Konsumen Indonesia

Kamis, 20 April 2017 | 11:15 WIB
Mobil Gas, Teknologi Alternatif Termurah bagi Konsumen Indonesia
Ilustrasi mobil berbahan bakar gas [shutterstock]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Dari sekian banyak teknologi alternatif, mobil gas adalah yang paling realistis bagi Indonesia jika pemerintah ingin mendorong penjualan mobil sekaligus mengembangkan kendaraan ramah lingkungan. Mobil gas bukan teknologi yang sulit dibandingkan mesin hibrida atau listrik, juga berharga lebih murah bagi konsumen Indonesia.

Pemerintah saat ini sedang meramu insentif pajak untuk mobil-mobil hemat bahan bakar minyak (BBM) serta rendah emisi gas buang, baik kendaraan bermesin konvensional ataupun berteknologi alternatif. Insentif pajak itu disusun dalam regulasi bernama low carbon emissions vehicles (LCEV).

Direktur Pemasaran PT. Suzuki Indomobil Sales Donny Saputra, menanggapi rencana pemerintah itu. Dia mengatakan bahwa dari sisi teknologi, mobil hibrida memiliki baterai khusus yang perlu dipikirkan limbahnya.

"Bicara mobil hibrida nggak bicara soal (konsumsi) BBM saja. Mobil itu punya baterai khusus, storing khusus. Kalau sudah dipakai, tidak bisa dibuang bebas. Baterai itu termasuk limbah B3 yang sangat berbahaya. Harus ada tempat pengolahan. Ekses pemakaian harus kita pikirkan," ucap Donny di sela-sela peluncuran Suzuki Ignis, awal pekan ini di Jakarta.

Baca Juga: Mobil Swakemudi Baidu Mulai Beroperasi Juli Tahun Ini

Sementara itu, mobil gas, kata Donny, tidak membutuhkan teknologi yang tergolong tinggi karena cuma membutuhkan perangkat converter. Karena teknologinya tidak rumit, harga jualnya tergolong terjangkau dibanding dua teknologi lain.

Pemakaian mobil gas juga membuat penggunaan BBM lebih hemat plus emisi gas buang rendah sesuai target pemerintah.

Hanya saja, pemerintah memang harus membangun stasiun pengisian bahan bakar gas.

"Pemerintah kemarin sempat mengatakan ingin membuat satu SPBU punya satu dispenser gas. Ini preseden baik. Kalau mobil gas tinggal kasih converter, bukan teknologi advance. Karena itu, mobil gas malah bisa menjangkau pasar menengah ke bawah," papar Donny.

Ia lanjut mengatakan, 60-70 persen konsumen Indonesia tahun lalu adalah pembeli pemula dengan daya beli mobil berharga di bawah Rp200 juta. Biaya operasional pun sangat dipikirkan oleh mereka.

Baca Juga: Jaguar Buka Peluang Pacu Mobil Sport dengan Mesin Hibrida

Mobil hibrida, meskipun sudah diberikan insentif pajak, tetap tidak akan mengenai segmen konsumen tersebut. Untuk biaya operasional pun, mobil hibrida mahal. Sementara, mobil gas bisa terjangkau di harga jual dan biaya kepemilikan.

"Mobil gas punya nilai keekonomisan tinggi," tegasnya.

Donny menerangkan, jika LCEV dibuat juga untuk mendorong pertumbuhan pasar, maka harus dipikirkan untuk lebih berfokus pada teknologi yang tak terlalu mahal bagi profil kebanyakan konsumen Indonesia. "Pemerintah harus studi, ini (regulasi LCEV) mau ke mana, dampak penuhnya mau full ke mana," katanya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI