Suara.com - Kehadiran Toyota Calya dan Daihatsu Sigra diakui punya dampak negatif pada penjualan mobil bekas, meski tidak signifikan.
Calya dan Sigra hadir di paruh kedua 2016 lalu dengan model multi purpose vehicle (MPV) yang digemari masyarakat Tanah Air. Keduanya kini menjadi MPV berbanderol termurah di pasar Indonesia, lebih murah dari Toyota Avanza dan Daihatsu Xenia.
Harga Calya dan Sigra per April 2017, menurut laman daring resmi kedua pabrikan, masing-masing dimulai dari Rp134,6 juta dan Rp108,9 juta on the road Jakarta. Di sisi lain, harga masing-masing Avanza dan Xenia, dimulai dari Rp189,7 juta serta Rp180,45 juta.
Chief Operating Officer Mobil88, Halomoan Fischer melihat, harga mobil bekas Avanza tahun produksi 2012 sebagai gambaran, ada di kisaran Rp70-an juta. Avanza dan Xenia adalah dua model terfavorit di pasar mobil bekas.
Baca Juga: Rayakan April Mop Google Hadirkan Ms. PAC-Maps
"Ada memang irisan (antara Calya-Sigra dengan pasar mobil bekas), tapi kecil, tak signifikan," aku Fischer, saat ditemui di Jakarta, Jumat (31/3/2017).
Hal ini diamini Deputy Marketing Director PT Hyundai Mobil Indonesia Hendrik Wiradjaja.
"Mungkin ada persilangan. Tapi, pada dasarnya profil dan karakter konsumen berbeda sehingga kalau pun ada
kecil banget," timpalnya.
Hyundai sendiri memiliki divisi mobil bekas bernama AutoSafe.
Dia menilai, pergeseran konsumen mobil bekas ke Calya-Sigra terutama hanya akan terjadi di sebagian konsumen kelas menengah ke bawah. Di antara mereka bakal ada yang mengganti pilihan, dari mobil bekas model MPV, city car, atau sport utility vehicle (SUV) Rp100 juta-an ke Calya-Sigra.
Baca Juga: Honda Tawarkan DP Mobil Rp15 Juta, Cicilan Mulai Rp1 Juta
Baik Fischer maupun Hendrik sepakat mobil bekas punya pasar dan konsumennya sendiri. Alasan orang-orang membeli mobil bekas, menurut mereka, amat variatif dan berbeda dari konsumen mobil baru.
Di antara alasan-alasan itu adalah anggaran amat terbatas, ingin cepat pakai mobil, tak ingin buru-buru balik nama, atau hanya berniat memakai model itu beberapa tahun dan karenanya tak ingin depresiasi (penurunan harga) mobil tinggi.
Sementara itu, keduanya juga membahas potensi pasar mobil bekas dibandingkan dengan pasar mobil baru.
Pasar mobil bekas sendiri adalah pasar yang besar. Fischer, berdasarkan data yang pernah diberikan konsultan kepadanya, mengatakan bahwa pasar mobil seken ini setidaknya 1,5-2 kali dari pasar mobil baru.
Menurutnya, pertumbuhan pasar mobil bekas mengikuti pasar mobil baru.
"Jika pasar mobil baru bergairah, transaksi mobil bekas juga terkerek," katanya.
Sedangkan Hendrik malah berpikir, besar pasar mobil bekas yang sebenarnya bisa 4-5 kali dari pasar mobil baru.
"Penjualan mobil bekas yang terhitung itu, selama ini, hanya berdasarkan data pengenaan pajak mobil bekas yang besarnya 1 persen, yang terjual di diler-diler dan masuk perpajakan. Tapi, transaksi mobil bekas lewat online, jual-beli oleh pedagang mobil bekas rumahan enggak pernah terhitung," ungkap dia.