Suara.com - Banyaknya rintangan yang menghantam industri sepeda motor sejak Januari kemarin membuat Honda memprediksi pasar 'kuda besi' di 2017 kurang-lebih sama dengan tahun lalu. Merek roda dua terlaris di Indonesia itu memproyeksikan penjualan sepeda motor nasional ada di angka 5,9-6 juta unit.
"Yang dikhawatirkan banyak hal," kata Direktur Pemasaran PT. Astra Honda Motor Margono Tanuwijaya saat ditemui beberapa waktu lalu di JI Expo Kemayoran, Jakarta.
"Memang, harga komoditas sudah mulai naik. Tapi, secara produksi belum mampu meningkat. Cuaca ektrem begini juga berpengaruh, kan," sambung dia.
Selain itu, ucap Margono, sejak bulan perdana 2017 beberapa hal yang mempengaruhi harga jual motor seperti bea balik nama (BBN) dan tarif pengurusan Surat Tanda Nomor Kendaraan (STNK), Buku Pemilik Kendaraan Bermotor (BPKB) naik. Tarif administrasi STNK serta BPKB bahkan naik ratusan persen.
Baca Juga: Toyota Bikin Truk Konsep Terinspirasi Mainan Tonka
Hal itu membuat banderol sepeda motor mesti pula dikerek.
"Inflasi cukup tinggi di Januari dan harga-harga bahan pokok cukup tinggi juga. Jadi, buying power saya rasa masih belum bisa pulih," tutur Margono.
Ia juga memperhatikan iklim politik dan keamanan yang cukup riuh karena Pemilihan Kepada Daerah DKI Jakarta. Pabrikan, menurut Margono, berharap situasi politik serta keamanan terjaga dan kondusif.
"Kalau sampai terjadi sesuatu, bisnis juga pasti terpengaruh," kata dia.
Sebagai informasi, pada 2016 lalu, transaksi jual-beli roda dua sendiri merosot 8,47 persen dibanding tahun sebelumnya menjadi 5.931.285 unit. Tiga segmen sepeda motor yaitu motor bebek, skuter otomatis, hingga motor sport sama-sama mengalami penurunan performa penjualan.