Uber Rekrut Pelopor Mobil Terbang dari NASA

Liberty Jemadu Suara.Com
Kamis, 09 Februari 2017 | 12:57 WIB
Uber Rekrut Pelopor Mobil Terbang dari NASA
Ilustrasi mobil terbang (Shutterstock).
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Seorang eks insinyur badan antariksa Amerika Serikat (NASA) telah dibajak Uber untuk membantu upaya perusahaan penyedia jasa transportasi berbasis internet itu mengembangkan mobil terbang.

Mark Moore, nama insinyur NASA itu, akan bergabung dengan Elevate, sebuah divisi bisnis Uber yang berambisi menciptakan mobil terbang. Di sana ia menjabat sebagai direktur bidang engineering penerbangan.

Moore sendiri bukan insinyur penerbangan biasa. Ia bisa dibilang sebagai salah satu pelopor dalam riset mobil terbang.

Pada 2010 ia menerbitkan sebuah rancangan pesawat tenaga listrik ringan, yang bisa tinggal landas dan mendarat secara vertikal (vertical take off and landing/vtol), mirip helikopter. Bedanya, pesawat itu berukuran lebih kecil, lebih senyap, dan cocok menjadi alternatif kendaraan personal di perkotaan.

Konsep Moore itu berhasil mencuri perhatian Larry Page, salah satu pendiri Google. Page sendiri kemudian diam-diam mendirikan dan mendanai dua perusahaan rintisan, Zee Aero dan Kitty Hawk, dua perusahaan yang berambisi menciptakan mobil terbang.

Uber sendiri pada Oktober 2016 lalu secara terbuka mengumumkan akan mengembangkan mobil terbang dan perekrutan Moore diyakini akan mempercepat rampungnya rancangan mobil yang akan difungsikan sebagai taksi terbang tersebut.

Taksi terbang Uber cara kerjanya akan mirip dengan layanan taksi online-nya saat ini. Yang membedakan adalah taksi terbang itu tak perlu sopir atau pilot, karena menggunakan teknologi kemudi nirawak.

Pelanggan nantinya hanya perlu memesan dan menentukan titik tujuan menggunakan aplikasi pada telepon seluler pintar, sebelum taksi terbang Uber menjemput dan mengantar ke tempat tujuan.

Uber saat ini sudah mengembangkan teknologi kemudi nirawak bersama Volvo dan Daimler. (BBC/Bloomberg)

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI