Suara.com - Mazda sedang menanti dan mengamati bagaimana kebijakan Donald Trump terhadap Meksiko setelah terpilih menjadi Presiden Amerika Serikat. Pasalnya, pabrik Mazda yang menyuplai kendaraan untuk pasar Amerika Utara dan Amerika Serikat ada di negara itu.
Presiden Mazda Motor Corporation Masamichi Kogai langsung jadi target awak media pascapeluncuran Roadster RF Convertible di Tokyo, pertengahan pekan ini. Semua menanyakan perihal dampak terpilihnya Trump sebagai presiden AS ke-45 terhadap pabrik Mazda, dan apa langkah Mazda ke depannya.
"Akan memformulasikan respons kami saat kebijakan konkretnya telah terlihat," kata Kogai, seperti dikutip dari Nikkei Asian Review.
Pada 2014, pabrikan ini membangun fasilitas perakitan di Meksiko dengan kapasitas produksi 150 ribu unit per tahun. Pabrik didirikan untuk meminimalisir dampak fluktuasi nilai tukar.
Di samping itu, pertimbangan tak kalah penting lainnya adalah North America Free Trade Agreement (NAFTA) yang membuat Mazda dapat memanfaatkan buruh murah Meksiko plus pembebasan tarif untuk barang-barang dari Meksiko ke AS.
Celakanya, Trump, selama kampanye, menegaskan ketidakberpihakan dia pada NAFTA dengan menilai sebagai perjanjian perdagangan terburuk yang pernah ditandatangani AS. Trump mengatakan akan melakukan renegosiasi atau bahkan menarik diri dari NAFTA jika terpilih sebagai presiden.
Mazda sendiri tidak memiliki pabrik di AS sehingga muncul pemikiran posisi Trump sekarang sebagai presiden terpilih akan mengancam strategi Mazda untuk wilayah Amerika Utara serta AS.
"Amerika Utara pasar penting bagi kami dan hingga detik ini kami belum mengubah strategi," ujar Kogai.
Mazda, pada tahun fiskal 2016, diperkirakan bisa mencapai rekor penjualan 1,55 juta unit secara global. Namun, profit mereka diproyeksikan menurun karena pelemahan nilai tukar Yen.