Suara.com - Toyota mengumumkan rencana memproduksi massal mobil listrik bermodel Sport Utility Vehicle (SUV) yang kini masih dalam tahap pengembangan. Produksinya sendiri baru dimulai pada 2020.
Pabrikan itu, seperti diwartakan Nikkei Asian Review pada Senin (7/11/2016) kemarin, bakal membentuk tim internal untuk riset dan pengembangan mobil listrik pada tahun depan. Saingan berat Volkswagen Group (VW) ini, nantinya juga memaksimalkan sumber daya yang dimiliki merek-merek kendaraan lain, yang menjadi aliansi mereka.
Ambisi Toyota adalah menciptakan roda empat yang mampu berjalan hingga 300 km dengan baterai terisi penuh. Toyota sedang mempertimbangkan memakai platform Prius Hybrid atau Corolla, namun hal itu masih dipelajari lebih dalam.
Penelitian serta pengembangan baterainya sendiri akan dilakukan oleh sebuah departemen khusus. Akan tetapi, raksasa otomotif yang awalnya adalah produsen mesin pintal ini, tak menutup kemungkinan mengambil baterai dari pihak luar jika itu membuat ongkos produksinya lebih rendah.
SUV listrik Toyota tersebut diproyeksikan akan dipasarkan di Jepang plus negara-negara maju dengan perkembangan pasar mobil listrik pesat.
Toyota sendiri sebelumnya lebih fokus mengembangkan mobil hibrida dan mobil hidrogen, karena mereka menganggap masa depan pasar mobil ini akan terbentur oleh biaya produksi yang tinggi, juga jarak tempuh kendaraan yang terbatas.
Tetapi, munculnya negara-negara maju pendukung pasar mobil listrik di Benua Eropa, Amerika, dan Asia mengubah pikiran Toyota. Selain itu, semakin gencarnya riset dan pengembangan mobil listrik oleh pesaing seperti VW, General Motors, Tesla juga berperan dalam perubahan kebijakan pabrikan asal Jepang ini.
VW, misalnya, berencana menaikkan sumbangan mobil listrik terhadap penjualan menjadi 25 persen pada 2025, dari kontribusi saat ini yang cuma 1 persen. GM serta Tesla sudah membuat kendaraan listrik terjangkau seharga Rp400 juta-an yakni Chevrolet Bolt dan Model 3.