Tahun Ini Mazda Masih Andalkan Mazda2, CX-5

Jum'at, 22 Juli 2016 | 12:32 WIB
Tahun Ini Mazda Masih Andalkan Mazda2, CX-5
Mazda2. 9). [suara.com/Kurniawan M]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - CX-3 dipastikan tidak akan meluncur tahun ini. Di tahun ini, Mazda akan mengandalkan 'pemain-pemain' lama, terutama hatchback Mazda2 dan Sport Utility Vehicle (SUV) CX-5.

Setidaknya dua tahun belakangan, Mazda memang belum menambah model-modelnya di Indonesia. Pabrikan asal Jepang ini masih terus mengarungi jagad otomotif Tanah Air dengan hatchback Mazda2, sedan Mazda6, SUV CX-5, atau MPV Biante plus VX-1.

CX-3 sempat diisukan datang tahun ini gara-gara tertangkap kamera sedang berada di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta. Tapi Mazda memastikan belum berencana meluncurkannya tahun ini.

"(Meluncurkan model Mazda baru) adalah soal perencanaan waktu. Mazda mungkin tidaklah sebesar pabrikan Jepang lainnya. Kami sudah memperkenalkan Mazda2 pada 2014 serta CX-5 pada 2012 dan kami harus fokus pada segmen tertentu dalam jangka panjang. Tetapi tentu saja di masa depan kami ingin memperluas jejeran model kami," papar Presiden Direktur PT Mazda Motor Indonesia, Keizo Okue, Kamis (21/7/2016) kemarin di Jakarta.

Ia mengatakan, Mazda2 dan CX-5 masihlah dua model yang diharapkan berkontribusi besar terhadap penjualan Mazda pada tahun bershio 'Monyet Api' ini.

"Mazda2 sekitar 50 persen, CX-5 di kisaran 30-40 persen, sedangkan Biante 10-20 persen," ujar Okue.

Pada semester I 2016 Mazda, menurut data Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo), hanya berhasil menjual 3.184 unit secara wholesales. Angka tersebut turun 29,79 persen dibanding periode yang sama tahun lalu yang menyentuh 4.535 unit.

Okue menjelaskan, kondisi ekonomi serta pasar otomotif tahun ini sangat sulit, tidak hanya bagi Mazda tapi juga pabrikan lain. Hanya segmen LCGC dan sebagian kecil segmen lain yang bertumbuh di pasar. Karena itu, Mazda tidak memiliki target volume dan tidak terlalu mendorong penjualan.

"Memang ada poin positif di perekonomian saat ini seperti pengurangan suku bunga acuan BI dan Tax Amnesty. Tapi situasi ekonomi global, utamanya Cina, sedang tidak bagus. Di Indonesia pun begitu," jelasny.

"Karena ekonomi Cina sedang tidak bagus, harga komoditas di Indonesia menurun. Konsumsi dan pengeluaran masyarakat Indonesia tertahan," papar Okue.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI